Yang Tak Disangka itu Terjadi
Oleh : Putri Oktavia Montessori
Dia memang
sosok yang menyebalkan, namanya Dita. Sejak awal bertemu aku memang sudah tidak
menyukainya, dia sok asik. Sedangkan Maya, dia adalah orang yang menyenangkan,
dia teman karibku. Maya mahir dalam segala hal, kita banyak menghabiskan waktu
bersama sekeadar untuk berbagi cerita.
Teeeet….
Teeeet…. Teeeet….
Bel
istirahatpun berbunyi, aku yang sudah tak kuasa menahan rasa laparpun dengan
semangat mengajak Maya ke kantin. Namun, sebelum sampai dikantin atau mungkin tepatnya
di koridor sekolah aku bertemu dengan pria itu. Pria tampan yang berada di
hatiku saat ini.
“Wah, may liat deh itu ada si Faris. Ya ampun
ganteng banget ya dia” ujarku dengan penuh rasa kagum.
“Ya ampun ra,
loe nih ya. Kenal juga engga sama Faris, tapi masih aja suka” jawab Maya
menggelengkan kepalanya, heran.
“Rasa kagum
itu kan gak harus kenal. Yaa.. meskipun gue gak kenal sama dia tapi kalau hati
sudah memilih, gimana?” balasku dan berlalu meninggalkan Maya.
Entah mengapa
setelah aku bertemu dengan Faris perasaanku begitu berbunga-bunga, bibirku tak
henti-hentinya menyunggingkan senyum termanisku. Namun, semua itu berubah
ketika aku melihat Faris jalan berdampingan dengan seorang perempuan yang
sangat ku kenal. Perempuan itu adalah DITA. Perasaan bahagiaku kini meluap dan
di gantikan dengan perasaan kesal. Kebencianku terhadap Dita semakin
menjadi-jadi. Aku bergegas mencari Maya untuk mencurahkan rasa kesalku, Maya
hanya hanya menggelengkan kepalanya saraya berkata “Aduh sayang sabar ya, udah
jangan kesel lagi kan belum tentu juga Faris sama Dita ada suatu hubungan” ucap
Maya.
Sejak saat
itu Maya menasihatiku untuk melupakan Faris, dia terus menyemangatiku agar aku
tidak mengingat sosok Faris. Walaupun ternyata perasaan itu tidak hilang
semudah apa yang dikatakan Maya. Bayangan Faris justru terus hadir dalam
pikiranku, singgah dalam mimpiku dan bertahan dalam setiap doaku. Semakin aku
berusaha melupakannya sosok Faris malah semakin melekat dalam diriku. Namun,
aku juga merasakan perubahan pada sosok Maya setelah dia menyuruhku untuk
melupakan Faris. Seperti ada benteng yang membatasiku dengan Maya saat ini, aku
merasa Maya mulai menjauh. Aku tak mengerti dengan semua yang terjadi, mengapa
disaat aku sedang bersusah payah untuk melupakan Faris, Maya malah seakan
menghilang dari kehidupanku.
Siang
itu aku mencoba untuk menghilangkan semua hal yang hadir dalam pikiranku, aku
pergi ke tempat makan kesukaanku, ternyata disana ada Dita. Ya, lagi lagi Dita.
“kenapa sih dimana mana ada Dita, heran
deh” ucapku dalam hati. Tapi seketika aku tersentak melihat orang lain yang
sedang bersama Dita, Faris dan Maya. ‘’Itukan Maya, kenapa dia bisa bersama
Faris dan Dita ? apa ini ada hubungannya dengan sikap Maya yang berubah akhir-akhir
ini” rasanya semua makin terasa aneh” pikiranku terus bertanya Tanya.
Aku
tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang, semua itu terasa aneh. Aku
mencoba untuk menghubungi Maya karena aku ingin tahu keadaan yang sebenernya
namun tidak ada jawaban. Ada apa ini ?
Untuk
pagi ini aku segera bergegas kerumah Maya, aku butuh jawaban atas semua ini.
Dan sesampai disana ternyata Dita dan Faris sedang berada dirumah Maya, awalnya
aku ragu namun aku mencoba untuk memberanikan diri menghampiri mereka.
“May, gue mau ngomong” ucapku
“hah, tya … ko lo bisa disini ?”
jawab Maya dengan terbata-bata
Dengan segera
aku tarik tangan Maya.
“May, lo kenapa sih ? apa maksud dari
semua ini ? kenapa lo gak pernah bisa dihubungin ?”
“Maafin gue tya, gue gak ada maksud
begini. Sebenernya gue mau bilang sama loe tp gue gak enakan.”
“bilang ? bilang apa ?”
“sebenernya gue suka sama Faris dan
gue sama dia udah jadian, maafin gue gue gak ada maksud jahat sama lo.”
Seketika aku
merasa hatiku seperti dicambuki, sungguh kalimat Maya seolah membunuh
perasaanku.
“Dan selama ini Dita yang nyomblangin
kita, gue juga yang nyuruh Dita agar seolah keliatan pacarnya Faris agar status
gue gak ketauan. Maafin gue tya” Lanjut Maya
Tanganku
dingin, gemeteran setetes demi setetes air keluar dari mataku. Aku gak percaya
dengan semuanya, semua ini benar benar tak pernah terpikirkan olehku.
“May, jujur gue gak nyangka lo tega
sama gue. Selama ini gue udah percaya sama loe. Tapi balesannya begini, gue
berusaha ikhlas ko May. Gue maafin loe, semoga lo bisa bahagia sama Faris.”
Jawabku seraya pergi meninggalkan Maya yang tengah terdiam.
***
0 komentar:
Posting Komentar