Selasa, 19 Maret 2013

Yang Tak Disangka itu Terjadi

Oleh : Putri Oktavia Montessori


Dia memang sosok yang menyebalkan, namanya Dita. Sejak awal bertemu aku memang sudah tidak menyukainya, dia sok asik. Sedangkan Maya, dia adalah orang yang menyenangkan, dia teman karibku. Maya mahir dalam segala hal, kita banyak menghabiskan waktu bersama sekeadar untuk berbagi cerita.

Teeeet…. Teeeet…. Teeeet….
Bel istirahatpun berbunyi, aku yang sudah tak kuasa menahan rasa laparpun dengan semangat mengajak Maya ke kantin. Namun, sebelum sampai dikantin atau mungkin tepatnya di koridor sekolah aku bertemu dengan pria itu. Pria tampan yang berada di hatiku saat ini.

 “Wah, may liat deh itu ada si Faris. Ya ampun ganteng banget ya dia” ujarku dengan penuh rasa kagum.
“Ya ampun ra, loe nih ya. Kenal juga engga sama Faris, tapi masih aja suka” jawab Maya menggelengkan kepalanya, heran.
“Rasa kagum itu kan gak harus kenal. Yaa.. meskipun gue gak kenal sama dia tapi kalau hati sudah memilih, gimana?” balasku dan berlalu meninggalkan Maya.

Entah mengapa setelah aku bertemu dengan Faris perasaanku begitu berbunga-bunga, bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum termanisku. Namun, semua itu berubah ketika aku melihat Faris jalan berdampingan dengan seorang perempuan yang sangat ku kenal. Perempuan itu adalah DITA. Perasaan bahagiaku kini meluap dan di gantikan dengan perasaan kesal. Kebencianku terhadap Dita semakin menjadi-jadi. Aku bergegas mencari Maya untuk mencurahkan rasa kesalku, Maya hanya hanya menggelengkan kepalanya saraya berkata “Aduh sayang sabar ya, udah jangan kesel lagi kan belum tentu juga Faris sama Dita ada suatu hubungan” ucap Maya.

Sejak saat itu Maya menasihatiku untuk melupakan Faris, dia terus menyemangatiku agar aku tidak mengingat sosok Faris. Walaupun ternyata perasaan itu tidak hilang semudah apa yang dikatakan Maya. Bayangan Faris justru terus hadir dalam pikiranku, singgah dalam mimpiku dan bertahan dalam setiap doaku. Semakin aku berusaha melupakannya sosok Faris malah semakin melekat dalam diriku. Namun, aku juga merasakan perubahan pada sosok Maya setelah dia menyuruhku untuk melupakan Faris. Seperti ada benteng yang membatasiku dengan Maya saat ini, aku merasa Maya mulai menjauh. Aku tak mengerti dengan semua yang terjadi, mengapa disaat aku sedang bersusah payah untuk melupakan Faris, Maya malah seakan menghilang dari kehidupanku.

            Siang itu aku mencoba untuk menghilangkan semua hal yang hadir dalam pikiranku, aku pergi ke tempat makan kesukaanku, ternyata disana ada Dita. Ya, lagi lagi Dita. “kenapa sih dimana  mana ada Dita, heran deh” ucapku dalam hati. Tapi seketika aku tersentak melihat orang lain yang sedang bersama Dita, Faris dan Maya. ‘’Itukan Maya, kenapa dia bisa bersama Faris dan Dita ? apa ini ada hubungannya dengan sikap Maya yang berubah akhir-akhir ini” rasanya semua makin terasa aneh” pikiranku terus bertanya Tanya.

            Aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang, semua itu terasa aneh. Aku mencoba untuk menghubungi Maya karena aku ingin tahu keadaan yang sebenernya namun tidak ada jawaban. Ada apa ini ?

            Untuk pagi ini aku segera bergegas kerumah Maya, aku butuh jawaban atas semua ini. Dan sesampai disana ternyata Dita dan Faris sedang berada dirumah Maya, awalnya aku ragu namun aku mencoba untuk memberanikan diri menghampiri mereka.
“May, gue mau ngomong” ucapku
“hah, tya … ko lo bisa disini ?” jawab Maya dengan terbata-bata
Dengan segera aku tarik tangan Maya.
“May, lo kenapa sih ? apa maksud dari semua ini ? kenapa lo gak pernah bisa dihubungin ?”
“Maafin gue tya, gue gak ada maksud begini. Sebenernya gue mau bilang sama loe tp gue gak enakan.”
“bilang ? bilang apa ?”
“sebenernya gue suka sama Faris dan gue sama dia udah jadian, maafin gue gue gak ada maksud jahat sama lo.”
Seketika aku merasa hatiku seperti dicambuki, sungguh kalimat Maya seolah membunuh perasaanku.
“Dan selama ini Dita yang nyomblangin kita, gue juga yang nyuruh Dita agar seolah keliatan pacarnya Faris agar status gue gak ketauan. Maafin gue tya” Lanjut Maya

Tanganku dingin, gemeteran setetes demi setetes air keluar dari mataku. Aku gak percaya dengan semuanya, semua ini benar benar tak pernah terpikirkan olehku.
“May, jujur gue gak nyangka lo tega sama gue. Selama ini gue udah percaya sama loe. Tapi balesannya begini, gue berusaha ikhlas ko May. Gue maafin loe, semoga lo bisa bahagia sama Faris.” Jawabku seraya pergi meninggalkan Maya yang tengah terdiam.

***

0 komentar:

Posting Komentar