TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Selasa, 19 Maret 2013

Kumpulan Cerpen Terbaru


KAKI!! KArya KIta. 

Ya, sesuai namanya postingan kali ini membahas karya-karya yang telah dibuat oleh anak-anak AKSEN, lebih tepatnya mengenai Cerita Pendek. Sungguh asyik jalan ceritanya, tidak membosankan dan sangat berelok-elok. Berikut cuplikannyaaa...


"Pelajar yang mengaku blasteran jawa dan sunda dengan nama Parto Kartohadri Kusuma selalu mengisi hari-harinya dengan canda tawa, kekonyolan yang dia buat bersama teman-temannya, serta hal-hal yang sangat menyenangkan walau itu menyedihkan. Parto, begitu teman-temannya......"  (Karya : Alkahfi Harifudin)

. "Apa ini yang dinamakan dengan Bidadari?” ucapku dalam hati. Sekilas senyumnya begitu cepat meninggalkanku bersamaan dengan deringan bel yang memanggil. Wajahku nampak sumringah tak karuan. “Hey! Kenapa mukamu seperti orang jatuh cinta gitu? Bisa jatuh cinta juga? Hahahaha”, ujar temanku dengan nada yang mengejek. Sontak aku......."   (Karya : Allan Leo Nardi)

"Nita masuk dan berkenalan dengan teman-teman barunya. Saat istirahat Nita ke Kantin sekolah dan tanpa sengaja melihat seseorang memakai sepatu warna hijau mencolok. Hal itu membuat Nita merasa sangat kesal. Tetapi rasa kesal itu sirna, saat melihat senyuman di sudut bibir si pemakai....."   (Karya : Aziza Ayu Lestari)

"Setelah kejadian itu hubungan Arshaq dan aku membaik, tetapi aku sudah terlanjur sakit hati dengan kejadian kemarin. Akhirnya dengan berjalannya waktu,Arshaq menyadari bahwa yang  dia lakukan kemarin itu salah dan dapat membuat hubungan mereka hancur. Aku senang sekarang Arshaq......."   (Karya : Aziza Ramdini Yasmin)

"Yaa begitulah Dani, temen ku dari smp, yang emang selalu ketawa puas setiap melihat gue kena sial gini, tapi bagi gue dia teman paling baik , kenapa? Dia selalu bantu gue , selalu tau kalo gue laper , dan.... dan ...."   (Karya : Desy Aryanti)

"Dia memelukku. Sangat erat. Hampir hampir aku sulit bernafas, tapi aku suka. Rasanya tidak ada hal yang paling membahagiakan selain dipeluk olehnya. Dan disaat seperti ini, aku ingat Tuhan. Ada nikmat yang tidak pernah aku syukuri sebelumnya. Nikmat diberikan orang orang yang aku sayang dan menyayangiku balik. Salah satunya....."   (Karya : Deviana Rachma Junisaf)

"Ini lah tempat kami mencari nafkah untuk hidup. Aku adalah laki – laki yang dibesarkan oleh seorang ayah yang tampan dan sangat hebat. Aku hanya tinggal bersama ayah dan satu adik tiri ku. Mungkin kalian bertanya "Ibu....?". Aku tak lagi tinggal bersama ibu karena ayah dan ibu ku sudah bercerai sejak aku masih berumur........"   (Karya : Firas Luthfi Dwiyansyah)

"Setiap pagi semua temennya di cecer pertannyaan begitu, maklum saja jono ga pernah peduli sama PR atau pun tugas. dia lebih suka ngerjain itu di sekolah, karena di rumahnya dia selalu sibuk buat kumpul-kumpul sama temen trek......."   (Karya : Inggit Budyaning Mutya)

"Beneran deh kata Maya, pencahayaannya kurang banget! Mana sepi lagi ah! Tau gitu aku pesan taksi saja lewat jalan lebar.'srrrreeekkk' bunyi suara disekitar tempat sampah membuatku tersentak kaget. Lalu seketika aku mencium bau wangi yang......"   (Karya : Marchia Kalyanitta)

"Riko pun segera berlalu meninggalkan Siska, ia sengaja meninggalkan sahabatnya itu di kantin. Riko dapat membayangkan bagaimana ekspresi Siska yang sangat kesal dan marah. Ingin sekali Riko tertawa, tapi ia memilih untuk......."   (Karya : Muhammad Rizal Syifauddin)

"Bisa kamu banyangkan bagaimana mungkin seseorang yang tidak mengenal apa pun dari dirimu berani menyampaikan sesuatu yang sangat tidak masuk akal? Dan betapa bodohnya jika kau terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa pada dirimu terutama perasaanmu saat mendengar itu? Kata-kata itu sebenarnya untukku. Ya! Betapa......."   (Karya : Mutiara Pertiwi Sukmawijaya)

"Gue itu termasuk anak yang cuek dan pemalas, tapi kalau yang namanya cowok, gue bukan pemalas banget hahaha. Gue itu termasuk bisa dikatakan playgirls, karna gue bisa setiap minggu ganti-ganti cowok. Dalam melakukan hubungan gue gak pernah serius seperti temen-temen gue yang sampe 1 atau......"   (Karya : Nadya Saraswati)

"Nana tak pernah tahu kalau lelaki yang sempat membuatnya kesal itu bisa membuatnya selalu teringat-ingat akan sosoknya. Hingga akhirnya Nana mengetahui namanya, kelasnya, alamat rumahnya hingga SD tempat Devi berasal. Nana pun tahu kalau Deviana Aditya itu tidak suka dipanggil Devi. Tetapi ia lebih suka dipanggil Adit. Hingga suatu hari,........."   (Karya : Niles Cholifia Sudrajat)

"Jenny berjalan melenggang melewati Dina, sementara Dina langsung ngacir menuju kelas. Teetttt tettt tettttttt, bel masuk. Jenny yang pagi – pagi udah galau aja di kantin langsung menuju kelas. Di kelas dilihatnya muka Dina menekuk........."   (Karya : Nina)

             "Lagi-lagi aku menangis, memandangi sehelai kain yang telah beberapa hari ku pakai tanpa sepengetahuan Mami dan Papi. Aku sengaja tidak memberitahukan hal ini, karena ku pikir mereka tidak akan suka dengan perubahanku. Membayangkannya saja aku tak berani. Bagaimana bila... ah, sudahlah, kujalani saja hari ini. Semuanya bukan mauku, ini......."   (Karya : Purnawati Aprilia Sofia)

             "Entah mengapa setelah aku bertemu dengan Faris perasaanku begitu berbunga-bunga, bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum termanisku. Namun, semua itu berubah ketika aku melihat Faris jalan berdampingan dengan seorang perempuan yang sangat ku kenal. Perempuan itu......."   (Karya : Putri Oktavia Montessori)

             "Ayolah motor jelek. Nyala dong, udah telat nih” ucap Revan ‘gemas’. Ia hampir putus asa, sudah sepuluh menit berlalu dia berkutat dengan mesin-mesin motor bebeknya tetap saja tidak ada yang salah ataupun rusak. Akhirnya dia mengetahui apa yang salah pada motornya yaitu,......"   (Karya : Putu Wijaya Kusuma)

            "Terlihat Rommy benar-benar kesulitan saat menangkap ikan, meski begitu aku tetap tidak ingin membantunya karena aku ingin dia membuktikan ucapannya sendiri. Tak lama kemudian dia tercebur kedalam waduk itu, mungkin saking tidak kuatnya saat menarik ikan besar tersebut dia sampai tercebur kedalam kolam itu hahaha itu benar-benar........."   (Karya : Rafli Putra)

"Hari itu cuaca begitu terik dan cerah, berbalikan dengan kenyataan saat itu. Hari itu adalah hari ketika dokter menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium mengenai penyakit yang di deritanya. Aku memperhatikan percakapan sang dokter dengan orang tuanya dari kejauhan. “Berdasarkan hasil uji laboratorium, anak anda mengidap......."   (Karya : Rico Ramdhani)
 
"Sepulang sekolah kami pun merencanakan untuk bermain skateboard jam lima sore ini maka kami pun bergegas pulang kerumah masing masing untuk istirahat, lalu pada jam setengah lima aku pun dijemput oleh mereka berdua untuk bermain skateboard di lapangan basket depan sekolah kami, sesampainya di sana kami langsung berseluncur memainkan......."   (Karya : Ridho Faruqi)

"Itulah perkenalan singkat ku dengan orang yang ku kagumi disekolah,Setelah dipikir-pikir aku mulai tertarik dengan teater,tetapi dalam pikiranku aku melakukan teater bukan untuk belajar ber-acting,tetapi hanya untuk mendapat........"   (Karya : Rifa Nur Fathya)

"Diam-diam belakangan ini aku sering memperhatikan sosok Bintang yang sangat cerdas, berhati mulia dan supel itu. Bintang juga tipikal orang yang pekerja keras, tak kenal lelah walau berkillo-kilo meter jauhnya jarak yang harus dia tempuh untuk sampai kesekolah. Namun dia tetap bersemangat dalam menjalaninya, demi cita-cita yang........"  (Karya :  Ristiana Rochmah)

"Kembali, ku tatap gundukan tanah yang sejak tadi menjadi objek penglihatanku. Aku tidak pernah bosan menatap batu nisan yang terukir nama ibuku. Sudah satu minggu ini, ibu menghadap Tuhan dan meninggalkanku sendiri. Aku sudah tidak mempunyai ayah, ia meninggalkan aku dan ibu. Aku tidak tahu keberadaannya, entah ia........"   (Karya :  Rizki Eka Putri)

"Sesampainya disekolah Vina segera berkumpul dilapangan bersama temen-temannya sesama murid baru untuk mengikuti upaca pembukaan. Selesai upacara pembukaan para kakak-kakak senior yang menjadi panitia orientasi pun mulai membagi mereka kedalam beberapa kelompok dan mulai memeriksa barang bawaan yang sudah......"   (Karya : Siti Sarah Putri)

"Mereka berlima adalah sahabat sejak tahun kemarin, yaitu sejak kelas 2 SMP. Setiap saat mereka selalu bersama, mengabiskan waktu bersama dengan penuh aksi-aksi jahil dan konyol lainya. Tapi meskipun seperti itu mereka selalu membantu satu sama lain. Mereka selalu bersama kapanpun dan dimanapun. Kebiasaan mereka......"   (Karya : Sulistio)

"Aku sebenarnya tak pernah mengeluh tentang keadaan ekonomi yang menimpa keluargaku, akan tetapi aku mengukir niat yang dalam dan tulus di dalam hati, untuk bisa membantu kehidupan ekonomi keluargaku ini, minimal aku bisa membeli 1 kilogram beras setiap harinya untuk bisa makan. Aku memang tidak......."   (Karya : Tubagus Gita Permana)

Kalian

Oleh : Mutiara Pertiwi Sukmawijaya

 Menyesal? Perasaan penuh sesak di dada dengan seribu tanya yang melayang di pikiran. “Apa yang sudah kau lakukan?” atau “bagaimana mungkin kau menjadi begitu bodoh?” . Pertanyaan seperti itu yang sering aku tanyakan kepada diriku sendiri setiap menyesali kebodohan yang telah aku lakukan.

Aku Ciara, remaja yang hidup dengan penuh penyesalan di tengah kenestapaan hidup,
ya begitulah kira-kira jika aku menggunakan bahasa lebay— tapi mau tahu apa yang orang pikirkan tentangku? Well, sebenarnya tak sedikit dan hampirsemua orang yang mengenaliku menganggap aku cuek dan hidup tanpa beban. Dan tentu mereka salah! Mana mungkin mereka bisa mengatakan aku cewe cuek dan tidak peduli, jika saja mereka tahu betapa sedihnya aku ketika mendapat nilai buruk
atau saat aku merasa sendiri dan tidak ada yang bisa memahami sulitnya keadaanku untuk bertahan ketika orang di sekitarku menganggap remeh tentang diriku.

“Ra? Mau ngambil apa kuliah nanti?” tanya Lucy ramah
“Gue? Hemm belum tau deh. Kenapa emang?”
“Yaa gak apa-apa nanya aja. Soalnya jaman sekarang aneh deh, kadang orang gak nyadar aja
gitu sama potensi sendiri dan ngambil jurusan terlalu tinggi”
“Mungkin,
kurang tahu juga ” kataku sedikit sarkastik
           
 Bisa kamu banyangkan bagaimana mungkin seseorang yang tidak mengenal apa pun dari dirimu berani menyampaikan sesuatu yang sangat tidak masuk akal? Dan betapa bodohnya jika kau terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa pada dirimu terutama perasaanmu saat mendengar itu? Kata-kata itu sebenarnya untukku. Ya! Betapa bodohnya aku..

“Gimana anak-anak sudah dapat jurusan yang tepat untuk kuliah nanti?” tanya pak Sastro
pada murid-murid di seluruh kelasku. Seketika kelas pun riuh dengan suara-suara
diskusi dari teman-temanku.
“Yasudah diam dulu. Bapak mau mejelaskan sesuatu” Kata Pak Satro memecah kebisingan
“Begini sebenarnya bapak ingin memberi gambaran untuk kalian semua. Kuliah nanti itu sudah bukan main-main, itu yang akan menentukan kehidupan kalian. Jadi pilihlah sesuai kemampuan dan keinginan kalian.Tapi yaa bapak ingin memberi saran, ada baiknya kalian juga sadar diri, jika kemampuan kalian kurang ya jangan di paksa mengambil jurusan yang terlalu tinggi..”
     
 Aku mulai berfikir dan menyadari sesuatu, apa mungkin aku memang tak pantas? Apa mungkin aku tak mampu? Apa aku harus membiarkan mimpiku terkubur oleh perkataan dan pendapat orang yang sama ekali tidak mengenaliku? Aku mungkin bukan yang terpintar. Tapi siapa peduli? Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda kan? Setahuku tidak ada orang bodoh di dunia ini. Yang ada hanyalah orang yang malas, dan kuakui aku memang orang yang cukup malas. Tapi setiap orang bisa berubah kan? Setiap orang tentu boleh bermimpi dan berusaha mendapatkannya kan?So what’s the problem?  Mengapa orang-orang seperti sangat tertarik membuat opini untuk hidup orang lain. Apa mereka tidak punya kesibukan lain? Apa mereka merasa hidupnya sudah cukup terjamin sehingga merasa perlu mengeluarkan komentar terus menerus? Aku berusaha berpikir positive, mungkin orang-orang itu hanya menilai dari apa yang terlihat. Apa mungkin aku terlihat kuat? Apa mungkin aku terlihat sama sekali tak gentar sehingga mereka dengan mudah mengeluarkan kata-kata pedas yang sebenarnya sangat menyakiti hatiku. 
           
Ini yang sangat aku sesali, berpura-pura kuat pada semua hal. Berpura-pura aku mampu menghadapi semuanya sehingga membuatku bersikap seolah-olah aku tidak mempedulikan perkataan mereka, aku melakukannya dengan bersikap acuh seperti menanggapi dengan sarkastik atau hanya berlalu. Sebenarnya aku terluka, merasa sakit dan bingung harus melakukan apa. Tapi aku terus berusaha tegar, aku berjanji pada diriku untuk benar-benar bisa menjadi wanita kuat dan tak pantang menyerah. Aku ingin buktikan kepada mereka yang mengatakan aku tak mampu, kepada mereka yang selalu dengan mudah mengeluarkan kata-kata tak respect pada tujuanku. Walau kini hatiku sering merasa getir, rasanya ingin aku ulang waktu dan menjadi gadis remaja yang tak perlu berpura-pura kuat. Tapi ini pilihanku, mejadi Ciara yang kuat dan tak takut menerjang badai. Biarkan hanya aku yang
tahu, biarkan hanya aku yang merasakanya. 

“Tapi Mah aku gak yakin...” kataku lemas
“Ya pasti kamu bisa, kamu punya kemampuan kok. Cuma ya itu, malasnya ayoo dong di
kurangi. Kamu pasti bisa kok, orang lain saja bisa kenapa kamu engga” 
           
Perkataan dari malaikat itulah yang membuatku terus melangkah dan semakin membulatkan tekad, malaikat yang melahirkanku-- malaikat pribadiku. Dan kini aku terlahir menjadi Ciara yang baru, menjadi Ciara yang tak pantang menyerah dan siap menghadapi semuanya. Peduli setan dengan semua cibiran orang, siapa mereka? Memangnya mereka yang membiayai hidupku?  Jadi untuk kalian semua yang meragukan kemampuanku-- lebih baik kalian diam dan lihat, karena aku akan membuktikan semuanya. Dan yang terakhir, percayalah aku selalu berdoa pada Tuhan agar kalian di berikan kesibukan yang lebih mulia selain ikut campur atau berkomentar tak penting tentang kehidupan orang lain. God bless you..

***

Aku Cinta Kamu

Oleh : Aziza Ramdini Yasmin


“Gue lagi mau sendiri!”
“Emang kenapa?” aku kaget tiba-tiba Arshaq, pacarku sms seperti itu.
“Pokoknya jangan ganggu gue!”
“Lo kenapa sih tiba-tiba sms kayak gini sama gue. Kalo emang ada masalah bilang dong gak usah marah-marah gak jelas kayak gini ke gue”
“Mulai sekarang lo jangan ganggu gue, titik.” Aku tidak membalas sms dia kali ini. Pipiku yang sedari tadi kering, seketika sudah basah karena linangan yang aku bendung sedari tadi.
Aku, Elmira dan pacarku Arshaq. Kita sudah berpacaran cukup lama, sekitar 1 tahun. Hubunganku dan dia sebelumnya baik-baik saja, sampai dia mengirim pesan seperti itu kepadaku. Aku kaget dan tidak bisa berkata apa-apa ketika menerima sms dari Arshaq.
                                                                

“Arshaq, gue mau bicara sama lo. Lo kenapa sih kemaren tiba-tiba sms gue kayak gitu?”
“Kan gue udah bilang sama lo, jangan ganggu gue”
“Gue cuma tanya ke lo kenapa lo kayak gitu?”
“Udah deh mending sekarang lo pergi dari sini!”
“Oh, okay kalo itu emang mau lo”

Aku bingung kenapa dia tetap tidak ingin memberitahu kepadaku tentang mengapa dia menjauhiku, hingga suatu hari Rashad ----teman satu kelas kami----- memberitahu kepadaku bahwa Arshaq suka dengan temannya Thania sewaktu di SMP. Aku sangat sedih mendengar kenyataan itu akhirnya  aku tidak bisa membendung air mataku lagi.



 

Saat aku melihat handphone “Ada sms dariArshaq.” Aku terkejut melihat pesan dari dia
“Gue mau putus”
“Kenapa?”
“Gak usah nanya kenapa pokoknya sekarang gue mau putus!”
“Arshaq gue tau kenapa lo ngomong kayak gini, kenapa lo gak mau gue ganggu, dan gue juga tau apa yang lo sembunyiin sekarang ini dari gue.”
“Lo tau apa? Sok tau banget sih lo!”
“Gue tau sebenarnya lo lagi suka sama temen SMP lo yang namanya Thania. Gak usah tanya gue tau darimana yang jelas sekarang gue tau kalo lo tuh jahat banget”
“Gue.... bukan maksud gue mau nyakitin lo, tapi.... Maafin gue Elmira maafin gue”
“Selama ini gue udah salah menilai lo. Gue salah nilai orang yang gue sayang, gue emang bego terlalu percaya sama cowok kayak lo”
“Maafin gue karena selama ini gue udah suka sama cewek lain, tapi gue janji mulai sekarang gue gak akan nyakitin hati lo lagi”
“Selama ini gue udah berjuang buat mempertahankan hubungan kita. Saat lo bilang kalo lo gak mau diganggu, gue selalu berusaha untuk ngertiin lo, nanya ke lo sebenernya ada apa dengan lo tapi lo tetep nutupin semua itu dari gue. Sampai akhirnya gue tau yang sebenarnya”
“Maafin gue ya ,Elmira. Sebenarnya gue sayang banget sama lo, sayang gue sama lo itu lebih besar daripada sayang gue ke Thania. Gue itu emang bego karena gue udah melakukan hal bodoh seperti ini. Lo boleh marah sama gue, lo boleh maki-maki gue, lo boleh benci gue tapi satu kita jangan putus ya?”
Aku tidak mengerti, mengapa Arshaq yang tadinya dia meminta putus tapi tiba-tiba dia bilang ‘Kita jangan putus’. Aku berusaha bersikap sabar, “Gue maafin lo tapi lo jangan lakuin ini lagi ya sama gue?”
“Iya gue janji. Sekali lagi maaf ya”
“Iya”
“Besok kita nonton yuk?”
Tiba-tiba Arshaq mangajakku nonton besok, aku senang dan langsung membalas sms darinya “Hayo, boleh.”

           Setelah kejadian itu hubungan Arshaq dan aku membaik, tetapi aku sudah terlanjur sakit hati dengan kejadian kemarin. Akhirnya dengan berjalannya waktu,Arshaq menyadari bahwa yang  dia lakukan kemarin itu salah dan dapat membuat hubungan mereka hancur. Aku senang sekarang Arshaq telah berubah dulu Arshaq yang pemarah dan kalau berbicara kata-katanya kasar sekarang dia telah berubah menjadi baik, sopan, jarang marah, gak suka ngomong kasar dan aku suka dengan sifat Arshaq yang sekarang ini.

***

3P

Oleh : Alkahfi Harifudin

      Pagi hari, tengg..tengg..tengg terdengar sangat nyaring bunyi bel sekolah berdering tanda aktivitas sebagai seorang pelajar dimulai. Tepat pukul 07.15 WIB semua siswa seperti biasa dikumpulkan di ruang aula untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Ya, pagi itu adalah hari yang sangat indah seperti halnya tanggal yang juga indah, 08-09-10.  Terik matahari yang cukup mewarnai suasana rindu akan Tuhan yang membangkitkan siswa-siswa untuk melaksakan sholat.

Pelajar yang mengaku blasteran jawa dan sunda dengan nama Parto Kartohadri Kusuma selalu mengisi hari-harinya dengan canda tawa, kekonyolan yang dia buat bersama teman-temannya, serta hal-hal yang sangat menyenangkan walau itu menyedihkan. Parto, begitu teman-temannya akrab memanggilnya.

Pada hari Rabu ini, ia memulai harinya dengan senyuman yang seperti baru dapat rezeki. Entah apa alasannya, tapi sepertinya memang begitu gayanya. Pelajaran demi pelajaran kian berganti sampai pada akhirnya teengg..teeng..teeng..tenggg “Yes saatnya makan siang, udah laper juga nih. Makan yuk!” Kata Parto  yang perutnya sudah keroncongan menanti saat ini tiba. Berjalan dengan penuh semangat menuju aula tempat makan siang bersama. Setelah mendapat giliran untuk mengambil makanan, dengan segera ia menyiduk makanan ke piringnya lalu dengan lahap ia memakannya. Seusai makan, sesuai jadwal siswa-siswa melaksakan sholat dzuhur berjama’ah sesuai dengan kelasnya masing-masing. XI Abu Dzar Al Ghifari, itulah nama kelas yang Parto duduki saat ini.

Pukul 01.00 siang, semua siswa dipersilahkan untuk istirahat selama 30 menit. Parto yang saat itu hendak pergi ke kantin tiba-tiba terdengar panggilan  untuknya dari salah seorang guru. Niatnya untuk mengisi tambahan isi perutnya ternyata kandas. Ia diminta untuk membelikan seutas pita berwarna biru di toko peralatan yang jaraknya agak jauh dari sekolah. Akhirnya ia bergegas pergi membelinya dengan harapan dapat kembali tetap pada waktu istirahat agar bisa membeli setidaknya 2-3 cemilan di kantin.

Perjalanan yang cukup jauh dilalui dengan berjalan kaki. Toko pertama yang ia hampiri ialah warung yang berada di pojok jalan. “Pak permisi, ada pita pak?” Tanyanya pada penjaga toko. “Pita yang gimana dek?” Sahut penjaga toko. “Yang pita jepang pak warna biru.” Jelasnya. “Oh, coba di rak bawah situ dek cari dah” Sambil menunjukkan letaknya. “Gak ada pak yang warna birunya ya?” tanyanya kembali. “Berarti udah abis dek.” Jawab penjaga toko. Dengan perasaan hampir kecewa, ia pergi meninggalkan toko tersebut dan menemui toko yang ada di seberang jalan.

“Permisi, bu.” Sahutnya “Iya de, mau beli apa?” tanya penjaga toko. “Jual pita jepang bu?” tanyanya kembali “Ada nih dek, warna apa?” Dengan cepat ia menjawab “Biru bu, ada kan?” “Iya ada, sebentar diambil dulu” jawab penjaga toko. Selang beberapa menit ketika ia ingin membayarnya, tiba-tiba..”Waduh, dimana?” tanyanya kepada dirinya sendiri mengenai uang yang diberikan gurunya untuk membeli pita tersebut. Ia terus merogoh-rogoh sakunya sambil memastikan bahwa sakunya tidak bolong. “Bentar ya bu.” bilang Parto kepada penjaga toko. Ia terus merogoh sakunya dan berharap kalau uangnya itu terselip bukan hilang.

“Perasaan disini tadi” sambil terus mengecek sakunya. “Waduh, dimana ya?” Pertanyaan yang ditanyakan berulang kali kepada dirinya. Keringat dingin sudah bercucuran, mulai ia menggaruk-garuk kepalanya, dan perasaan panik sudah menghantuinya. “Waduh, gocap lagi. Dimana ya?” bingungnya apa yang harus dilakukan. Ia menyebrangi jalan kembali sambil melihat-lihat ke badan jalan, tepi, dan setiap sisi bagian jalan ia terus lihat mencari dimana kertas biru berharga itu. Balik lagi ia sebrangi jalan, tetap tidak ia temukan. Bertanya kepada orang-orang sekitar juga tidak membuahkan hasil. Panik terus mencekam “Waduh, dimana ya? Gimana nih?” pertanyaan yang terus ia lontarkan kepada dirinya sendiri. “Gawat kalo ilang.” Sambil ia lihat uangnya yang tersisa disaku. Hanya ada tiga lembar ribuan dan dua lembar lima ribuan, tak mungkin cukup untuk mengganti uang gurunya itu. Suasana semakin mencekam dirinya.

Panik, bingung, gawat, semakin bercampur perasaannya. Fikirannya tidak karuan sampai ia berulangkali bolak-balik menyebrangi jalan. Sudah 45 menit lebih 37 detik ia mencarinya. Kemudan ia mulai berfikir bagaimana caranya untuk bilang kepada gurunya tentang kejadian ini. Takut? Iya, sangat takut. Takut dimarahi tentunya.

“Pasti udah selesai nih jam istiratnya” katanya dalam hati. Akhirnya sebelum kembali ke sekolah, ia memutuskan untuk pergi ke toko yang pertama kali ia kunjungi meskipun sudah dua kali ia datangi. Untuk yang terakhir kali, “Pak, tadi liat uang Rp50.000,00 gak? Jatuh mungkin disini gitu.” “Sebenernya saya liat tadi ada uang jatuh dibawah, tadinya pas adek kesini lagi dan menanyakan uangnya saya juga ragu. Takutnya bukan uang adek dan uang orang nanti kalau orangnya dateng bingung juga. Tapi dengan tiga kali adek ke sini, sudah membuat saya yakin bahwa ini uang adek. Nih dek uangnya, maaf ya udah bikin panik kayaknya.” Jelas petugas toko. “Alhamdulillah pak, ya ampun pak. Makasih banyak ya pak. Alhamdulillah.” Syukurnya. “makannya dek, kalau pegang uang simpannya yang bener” “Iya pak, maaf pak eh makasih banget juga ya pak. Alhamdulillah”. Sangat senang dirinya saat ia dipertemukan kembali dengan uang tersebut.

              Perasaan yang begitu lega ia rasakan. Akhirnya ia kembali ke sekolah dan mengembalikan uangnya kepada pemiliknya. Terlalu senang sampai ia lupa untuk membeli pita di toko seberang jalan. Lalu ia menceritakan pada teman-temannya mengenai apa yang membuatnya telat masuk kelas pada jam istirahat ini. Teman-temannya malah mentertawainya. Untuk kejadian hari ini, ia sendiri menyingkatnya dengan 3 P yakni Parto, Panik, Pita.

***

Bidadariku, Mimpiku


Oleh : Allan Leo Nardi

Namaku Aldri, setiap pagi selalu aku lewati dengan kebiasan yang sama, rutinitas seorang pelajar. Datang ke sekolah, belajar, ngobrol dengan teman-teman, pulang sekolah, tidur, belajar, bangun, berangkat sekolah, dan seterusnya. Membosankan, sangat membosankan. Namun, akupun tak dapat memberontak, mengelak, bahkan meninggalkan rutinitasku. Karena, aku tak mungkin keluar dari zona ku, zona seorang pelajar. “Menikmatinya, hanya itu caranya” nasihat dari temanku yang selalu terngiang di pikiranku.
                Pagi hari itu, disekolah, hariku terasa berubah 1000 derajat. Bukan 180 derajat lagi. Seseorang yang melemparkan senyum manisnya padaku seolah membuat jantungku berhenti berdetak. “Apa ini yang dinamakan dengan Bidadari?” ucapku dalam hati. Sekilas senyumnya begitu cepat meninggalkanku bersamaan dengan deringan bel yang memanggil. Wajahku nampak sumringah tak karuan. “Hey! Kenapa mukamu seperti orang jatuh cinta gitu? Bisa jatuh cinta juga? Hahahaha”, ujar temanku dengan nada yang mengejek. Sontak aku menjawab, “Nggak! cuma lagi seneng aja.”. Akhirnya, kami pun langsung masuk ke kelas.  Jam pertama dimulai dengan pelajaran Matematika, sebuah pelajaran yang mencekam, memutar otak, tertekan layaknya depresi jiwa, memaksaku untuk menghitung dan membuatku sedikit mual. NAMUN! Matematika untuk hari ini berbeda, matematika yang sangatlah mengasyikan, setiap angka yang terbersit bagaikan hitungan rasa cinta pada Bidadariku,  dan aku rasa Bidadari terkadang jadi seperti matematika, tak luluh hanya dengan logika, tapi perlu rumusan kata yang dipenuhi dengan cinta. Temanku yang bernama Bono memanggilku sambil berbisik, “Woy, Senyam-senyum aja! Sakit jiwa yah?”

Aldri       : Bon, tau bidadari nggak?
Bono     : Wah kenapa nanya gitu, dri?
Aldri      : Ceilah balik nanya. Serius nih,  Bidadari itu gimana?
Bono     : Iyeee.. Bidadari itu mahkluk Tuhan  yang paling Indah, dari wajahnya,  senyumnya, sampai cara dia menatap satu sama lain. Setau gue sih begitu. Hmmm...
Aldri          : BENER! Bener kalau yang tadi gue lihat itu.... BIDADARI!
Bono        : Wah ngimpi lo, dri! Bidadari kan cuma ada di Dongeng dan Film.
Aldri       : Ini ciyuss, enelan, gak oong deh.

                Balasanku terhadap ketidakyakinannya Bono yang sedikit menggelikan itu, menjadi akhir perbincangan kami di sela-sela jam pelajaran. Aku seolah tak sabar ingin segera mendengar bel istirahat berbunyi. Bukan, bukan untuk ke kantin. Tapi, untuk melihat Bidadari yang telah kupatenkan menjadi perampok hatiku yang pertama. Ini terkesan meng-klaim, mengakui yang bukan miliknya. Namun, ku acuhkan . . .  “Lagipula, lelaki mana yang tak tercuri hatinya oleh Bidadari secantik dia?” gumamku dalam hati.
                Akhirnya bunyi bel terdengar juga, segera aku bergegas keluar dari kelas dan mencari Bidadariku. Kupandangi wajahnya dari sudut sekolah, namun aku melihat seorang pria duduk bersanding dengannya. Sakit memang, namun aku harus berpikir positif, mungkin pria itu hanya temannya. Saat sedang asyik melihat wajah indahnya, aku mendengar salah satu temannya memanggil dia. “Shilla, kemarilah. Bu Maria mencarimu”. Dan itulah awal aku mengetahui namanya.
Shilla..... Oh..... Shilla...., entah apa yang aku rasakan saat aku melihatmu duduk berdua dengan seorang pria, hati ku rasanya sangat sakit. Ya Tuhan mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya?. Aku tidak tahu tentang rasa ini. Hingga suatu hari aku tidak melihat Shilla, aku mencoba mencarinya di tempat dimana Shilla sering kumpul bersama teman-temannya, namun tidak ada. Aku memutari sekolah, namun aku tidak melihatnya juga. Hingga aku mencoba memberanikan diri tuk bertanya pada temannya dan ternyata dia tidak masuk sekolah karena sakit. Aku sangat khawatir, sungguh-sungguh khawatir. Mungkin ini yang namanya jatuh cinta.
Waktu terus berlalu, dan aku masih tetap mengaguminya, memandanginya dari kejauhan, dan berharap dia membalas cintaku. Ingin rasanya  ku ungkap perasaan ini, namun ketika ku melihat sosok pria yang akrab dengannya, seolah membuat harapanku pupus. Namun, semangatku kembali berkobar ketika ku curahkan keluh kesahku pada Bono. Bono memberiku masukkan dan sangat mendukungku untuk mendapatkan hati Shilla alias Bidadariku.
                “Aldri....!! Gue punya kabar bahagia buat lo. Ini tentang Si Bidadari!” teriak Bono dari kejauhan.  Aku pun seketika kaget dan bertanya-tanya apa maksud perkataan Bono. Dan ternyata, Bono memberikanku nomor HP Shilla. “Ini bisa jadi langkah awal untuk semakin dekat dengan Bidadariku, Makasih Bono!!!” ucapku pada Bono. Bono hanya tersenyum.
                Aku menunggu momen yang sangat tepat, hingga akhirnya aku putuskan untuk SMS Shilla di malam hari.
Aldri       : Selamat malam, aku Aldri. Teman satu sekolahmu. Hehe
Shilla      : Selamat malam juga, Aldri. Aku Shilla.
Aldri       : Aku tahu kok, maaf menganggumu Shilla malam-malam gini.
Shilla      : Hahaha. Tidak kok Aldri, kamu lagi apa?
Aldri       : Lagi... Lagi... Lagi.... Lagi Lagi Lagi mikirin kamu. Hahahaha
Shilla      : Gombal ih, Oh iya... Aku udah ngantuk nih, Aku tidur duluan ya. Besok kita lanjutkan.
Sungguh-sungguh tidak kupercayai, ini seperti mimpi. Rasanya aku selalu nyaman setiap melakukan percakapan meski hanya lewat SMS. Semenjak itulah hubungan yang terjalin antara aku dan Shilla semakin dekat dan dekat. Namun, sudah beberapa hari Shilla tak kunjung membalas SMS ku juga. Aku tak tahu, Apa dia marah padaku? Apa dia benci padaku? Apa aku terlalu buruk untuknya?. Setelah kuperhatikan selama di Sekolah, frekuensi perbincangan Shilla dan teman prianya semakin sering. Aku bingung, aku tak tahu apa yang harus aku perbuat. Dan akhirnya ku memberanikan diri untuk menghampiri Shilla untuk mengutarakan tentang perasaanku. Jam pulang sekolahlah yang aku pilih.
Aldri       : Hay Shilla, aku Aldri. Boleh aku bicara denganmu?
Shilla      : Hay Aldri, akhirnya aku melihat wajahmu. Hehehe
Aldri       : Kamu cantik sekali Shilla... Aku sangat mengaggumi sedari dulu.
Shilla      : Terima kasih Aldri, akupun kagum dengan sikap humorismu.
Aldri       : Shilla, Kamu mau nggak . . . . . . . . . . . . . . . .
*tinnn . . .  tinnn . . .  tinnn . . . *
Belum sempat aku berbicara sepenuhnya, bunyi klakson sangat nyaring dan sebuah motor menghampiri kami berdua. Dan ternyata pria akrab teman Shilla itulah pengemudinya. Dia berkata “Sayang, ayo kita pulang. Sudah semakin sore nih”. Seketika hati ini remuk dan hancur. Ya Tuhan mengapa aku cemburu? dan Mengapa pula aku harus melihat ini semua? Ingin hati ini marah, namun ku tak tahu pada siapa. Aku sadar, Shilla bukan siapa-siapa ku. Tidak ada sedikitpun penyesalan telah mengenal dirimu yang pernah warnai hari di hidupku, Dan mungkin jika mencintaimu hanyalah sebatas mimpi, maka biarkanlah aku tertidur untuk selamanya. 
***

Hijau

Oleh : Aziza Ayu Lestari

Kring….kring ….. jam beker berdering sangat kencang dan membangunkan Nita. Hari ini adalah hari pertama Nita masuk ke sekolah barunya. Di SMA Garuda, ia adalah murid pindahan dari Semarang.

Nita bangun lebih awal dari biasanya karena ingin mengetahui sekolahnya yang baru. Ia berangkat kesekolah dengan ceria. Sesampainya di SMA Garuda , Nita kaget melihat sekolah tersebut memiliki cat tembok berwarna hijau. Warna yang sangat tidak disukai nita.

Nita masuk dan berkenalan dengan teman-teman barunya. Saat istirahat Nita ke Kantin sekolah dan tanpa sengaja melihat seseorang memakai sepatu warna hijau mencolok. Hal itu membuat Nita merasa sangat kesal. Tetapi rasa kesal itu sirna, saat melihat senyuman di sudut bibir si pemakai sepatu hijau itu. Sebut saja Pangeran Bersepatu Hijau.

Dari hari ke hari, Nita mulai terbiasa dengan warna hijau karena semua yang berada di depan matanya berwarna hijau. Terutama pesona Pangeran sepatu hijau itu. Lama Nita tidak mengetahui siapa Pangeran itu dan dari mana dia. Nita hanya mengaguminya saja. Nita akhirnya tau pangeran sepatu hijau itu bernama Aldi dari kelas 3 ipa C.

Setelah 1,5 tahun Nita menjadi sangat suka warna hijau. Semua barang yang ia miliki selalu mempunyai nuansa hijau. Nita menyukai warna itu, karena  Aldi juga menyukainya. Warna hijau selalu mengingatkan Nita kepada Aldi. Selama 1,5 tahun itu pula, Nita memendam perasaannya kepada Aldi. Tetapi Aldi tidak menanggapinya. Nita merasa frustasi  dan sedih. Hal ini membuatnya ingin melupakan Aldi dan membuang semua hal yang ada hubungannya dengan Aldi. Tetapi tidak bisa, semua yang melekat pada dirinya berwarna hijau dan membuatnya teringat kepada Aldi.

Suatu hari Nita mengirim pesan kepada Aldi untuk bertemu di taman. Aldi menyetujuinya. Nita mengatakan seluruh isi hatinya yang selama ini dipendam. Aldi menjawab dengan lembut dan halus semua perkataan Nita. Ternyata Aldi sudah mengetahui tentang perasaan Nita kepadanya tetapi Aldi tidak pernah menanggapi karna Aldi dan Nita mempunyai perbedaan dalam agama yang akan menyakiti banyak orang.

*** 

Bandung Supermall In Love


Oleh : Desy Aryanti

“Aguusss.... bangunn..!!!”
Gue mengerjapkan mata berkali-kali, ketika mendengar suara ‘berisik’ yang dengan usilnya mengganggu mimpi indah gue. Seperkian detik gue menyadari, bahaya mengancam.

‘Mampus, guru tercinta gue yang cantik dan baik hati ini pasti tanpa sungkan menghukum gue lagi.’ ucap gue dalam hati

 “Agusss.. kamu udah dua kali ibu pergokin tidur dikelas. Ini bukan kamar kamu, kalau kamu ngantuk lebih baik kamu pulang dan tidur dirumah” bentak  bu Tika, guru Matematika yang menyebalkan. Sumpah, gue malu banget. Bu Tika itu rajin banget sih bangunin gue. Atau gue yah, yang rajin tidur saat pelajan bu Tika? entahlah, hanya bu Tika dan Tuhan yang tau.

Agus Susilo Hendratmodjo, itulah nama gue. orang-orang memanggil gue Agus. Seorang laki-laki dengan ketampanan di atas rata-rata.

***
Bel istirahat pun berbunyi, cacing-cacing di perutku terus saja berdemo meminta asupan gizi. Gue bergegas menuju kantin dan mendapati teman-teman gue yang sedang asik ngerumpi, kayak emak-emak aja. Pikirku seraya menggeleng-gelengkan kepala

“Sial, hari ini gue apes banget. Di hukum bu Tika si guru killer yang maha tega.” ucap gue pada salah satu sahabat jelek gue, Dani.

 “Yeee.. bukan sial emang lo nya aja gus yang sontoloyo, bisa bisa nya lo berani tidur dipelajaran guru killer, hahaha  4 jempol  dah buat lo gusss”. Yaa begitulah Dani, temen ku dari smp, yang emang selalu ketawa puas setiap melihat gue kena sial gini, tapi bagi gue dia teman paling baik , kenapa? Dia selalu bantu gue , selalu tau kalo gue laper , dan.... dan .... selalu temenin gue kalo gue  mau pipis. Nahh gue sama Dani punya markas tersendiri , yah betul, toilet merupakan tempat perlindungan kita dan tempat dimana kita selalu berbagi cerita, berbagi canda dan memadu kasih. Eh enggak yang terakhir boong.

“Dan.. markass yuklah.” Kata gue, “Yuklah..”kata Dani dengan senang.
(di toilet )
“Dan, tanggal 4 april JKT48 tampil nih di Bandung, ini kesempatan gue dan buat ketemu Shania”
“Yaaelah, yaa tinggal dateng aja lu repot amat”
“Bukan itu masalahnyaa”
“Kenapa ? lo takut ke Bandung ? yaa tinggal naik bus kali dan, gw temenin lu dah “
“Bukan ituu juga dodol,  gue takut ketemu shanianya, gue gak berani”
“Hahaha kenapa lo ? shania kali yang harusnya takutt liat lo gus”
“Ah jahat lu, gw takut ajaa dia gakmau ketemu gw ,terus takut gwnya  mati kutu liat dia hahahah”

            Agus Susilo Hendratmodjo, lahir di Sentul, 28 Mei 1996.
Idola : Shania JKT
Pacar idaman : Shania JKT
Istri idaman : Shania JKT
Gue adalah orang yang sangat tergila-gila dengan cewek yang bernama Shania  .

“Yaa.. kalo gini terus , kapan lo ketemu dia ? katanya ngefans , masa lo terus terusan cuman liat dia di twitter dan poster poster dia yang udah kayak jadi wallpaper di kamar lo. Udah berapa kali lo gini mulu, cowok apa bukan lo”

“Yaaa.. lo sih gapernah ngerasain jatuh... cinta”
“Enak aja, gw pernah kali, dan gue langsung tuh nyatain ke dia’’
“Ya elo sih sukanya sama anak kelas , nah gue artis, cantik , anggun, bidadari surga.. ahh.. shaniaaa...”
“Udah gausah lebay, yaa setidaknya lo ada usaha kek, pokonya tanggal 4 kita cuss ke Bandung “ (pergi meninggalkan toilet)

( Tanggal  4 April 2013 7 : 30 WIB di Terminal pakupatan)
             “Dan... kita berangkat nih?aduh gw ko ragu ya”
“Ragu? Ngomong gitu lagi yaa tak sumpel sendal  mulut mu” ( naik bus ).

( Di Bandung Supermall jam 11 : 25 WIB )
“waah gus , rame banget ya ini.. kita terlalu siang nihh datengnya , sampai gak keliatan toh mana panggung nya“.
“yaudah yuk kita pulang , udah rame banget kita gakbakal bisa ketemu shania.., shania abang pulang ya L “.
“yeee langsung letoy , hahaha tenang aja , hari ini lo bakal ketemu shania lima jengkal dari jidat mu “
“Gue sih gak yakin sama omongan Dani, duduk di stage paling depan aja udah seneng banget.  Ya tapi, apa salahnya berharap”.
Hampir 2 jam gue dan Dani menonton konser JKT yang tidak hanya menari sambil menyanyi layaknya girlband lain, tapi konser ini juga menampilkan drama, salam sapa personil kepada fansnya, dan yang terakhir adalah moment yang paling gue tunggu-tunggu adalah.... sesi kuis, dimana para fans di kasih pertanyaan dan yang bisa menjawab dapat foto dan mendapat tanda tangan langsung dari idola maupun semua personil JKT.
Dani yang daritadi hanya makan dan sms-an sepertinya tampak bete, tapi tetap setia menunggu gue hihihi. Makasih Dani ({}) J.
3  jam berlalu......
“Oke paraa JKT loversss... masih semangaat semua ?? pasti dong , apalagi nih yang cowok-cowok, pasti seger deh yaa, haha. Oke langsung saja, ini dia kan moment yang paling kalian tunggu ? yaaa.. sesi pertanyaan seputar kehidupan personil, saya akan kasih kalian semua 5 pertanyaan untuk 5 orang beruntung . Tentu saja yang beruntung bisa foto bareng plus plus plus tanda tangan dari semua personil JKT!!!”Kata pembawa acara.

“Dan.. dan...ini dia moment yang gue tunggu, gue bakal jadi salah satu dari 5 orang itu daann!!”.  Kata gue dengan penuh semangat.
“Nah gitu dong , postif lu haha bagusss guss,”.

***
Setelah 5 pertanyaan selesai ternyata agus tidak mendapatkan kesempatan kuis itu , dia sangat sedih ,sampai akhirnyaaa..........
“Salah satu personil kita yaitu shania ingin mengajukan 1 pertanyaan lagi khusus untuk shanjunisme, ini pertanyaan belum pernah di publish sebelumnya. Ini dia pertanyaan nya........
Dulu sebelum jadi personil JKT48, apa kegiatan shania sehari-hari untuk membantu ibunya?”
“Nihh mbaak temen sayaaa tauuuuuu....!!!”kata Dani sambil mengangkat tangan gue dengan cepat.
“Yaahh, mas disebelah sana mohon maju kedepan untuk menjawab pertanyaan” kata pembawa acara sambil menunjuk ke arah gue.
“Mampus gue, si Dani nih kenapa harus nyusahin gueeeeee!!!!” gerutu gue dalam hati.
“Ayoo aguss cepet lo lama bangett sihhh” kata Dani sambil mendorong gue ke depan. Gue maju ke depan panggung.
            “Mmmm...mm....Shania...mmm.. pernah berjualan minyak keliling untuk membantu ibunya” kata gue sambil gugup.
             “Benar itu shania ?” kata pembawa acar kepada shania
             “Iya benar sekaliiii” kata shania semangat.
             “Yaahh...anda betull sekali, anda memang shanjunisme sejatii!! Anda bisa berfoto dan mendapatkan tangan dengan shania”

            Akhirnya mimpi dan cita-cita agus selama ini tercapai juga , dia sangat senang dan setelah itu dia selalu memamerkan foto dia bareng shania ke teman-temannya.

***