Vina
Oleh : Siti Sarah Putri
Untuk
kesekian kalinya dalam satu jam terakhir Davina mematut dirinya didepan cermin
seukuran tubuh yang ada dikamarnya. Hari ini merupakan hari pertama Davina
menjadi siswi sekolah menengah pertama setelah ia menamatkan pendidikannya
disekolah dasaar. Davina pun merasa geli sendiri melihat refleksi dirinya di
cermin dengan rambut yang di kucir 12 dengan pita warna warni, kalung yang
terbuat dari syur mayur yang melingkar dilehernya, serta kaos kaki yang berbeda
warna. Disaat sebagian temannya membenci masa orientasi sekolah yang menuntut
mereka berdandan sperti orang aneh Davina malah sebaliknya.
“Vina ayo sayang, sarapannya dimakan dulu” Tegur mama dari dapur
“Iya ma. Sebentar lagi.” Untuk terakhir kalinya Davina mematut dirinya didepan cermin. Memastikan bahwa dirinya sudah rapih dan siap untuk menyambut hari pertamanya di sekolah baru.
“Vina ayo sayang, sarapannya dimakan dulu” Tegur mama dari dapur
“Iya ma. Sebentar lagi.” Untuk terakhir kalinya Davina mematut dirinya didepan cermin. Memastikan bahwa dirinya sudah rapih dan siap untuk menyambut hari pertamanya di sekolah baru.
Sesampainya disekolah Vina segera
berkumpul dilapangan bersama temen-temannya sesama murid baru untuk mengikuti
upaca pembukaan. Selesai upacara pembukaan para kakak-kakak senior yang menjadi
panitia orientasi pun mulai membagi mereka kedalam beberapa kelompok dan mulai
memeriksa barang bawaan yang sudah di instruksikan sebelumnya.
“Hai aku Davina Azka Felicia dari SD Mutiara Bunda. Panggil saja aku Vina. Namamu siapa?” Sapa Vina kepada salah satu teman sekelompoknya tanpa malu-malu.
“Hai Vina. Aku Thalia Anindita.
Panggil saja Lia. Aku dari SDN 8”
Selepas
masa orientasi itu Vina pun memulai hari hari disekolah barunya dengan semangat
dan ceria. Awalnya Vina berpikir ini bukanlah hal yang sulit. Toh selsama ini
dia selalu sukses bergaul dengan siapa saja. Namun ternyata semua itu tidak
semudah yang dibayangkannya. Awalnya dia memang tidak kesulitan untuk
mendapatkan teman. Namun semuannya mulai bereubah saat Vina mulai mencoba
berkenalan dengan beberapa teman laki-laki, Vina malah mendapatkan perlakuan
tidak menyenangkan. Seperti ejekan, bahkan cemohan.
Semenjak saat itu Vina pun berubah
menjadi anak yang pendiam dan jarang bergaul dengan teman-temannya yang lain.
Tidak seperti dulu saat pertama kali masuk atau saat Vina masih duduk dibangku
sekolah dasar. Terlebih lagi adanya pengelompokan atau pengkubuan dalam
pergaulan di lingkung sekolah yang diciptakan oleh sesama siswa di sekolah
tersebut, yang menyebabkan Vina hanya memiliki beberapa teman yang masih mau
berteman dengan dirinya.
Hari demi hari pun tetap dilalui Vina sampai pada akhirnya Vina menginjak semester akhir disekolah tersebut. Pada saat itu Vina selalu berjanji pada dirinya sendiri agar Vina dapat menunjukan kepada semua teman temannya yang pernah mengucilkannya selama di SMP bahwa ia mampu menjadi seseorang yang lebih hebat dari mereka semua. Dan Vina pun bertekat bahwa suatu hari teman temannya akan malu, dan menundukan kepala sedalam dalamnya saat bertemu dengan dirinya yang dulu pernah mereka hina, mereka cemoh, mereka bully, dan mereka anggap Vina yang bukan siapa siapa. Kini telah bermetamorfosa menjadi seorang Vina yang hebat, yang mampu bangkit dan membangun hidupnya dari cemoohan semua temannya sebagai pondasinya.
***
0 komentar:
Posting Komentar