Selasa, 19 Maret 2013

Persahabatan Tiada Akhir


Oleh : Sulistio

Krriiiiiiiiiiiiiing…….. bel sekolah tanda usainya proses kbm berbunyi. “hey Aziz, buruaan !!” Gilang memanggil Aziz yang masih berada di kelas seraya melambaikan tangan. Aziz pun langsung membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang, pak Iman sang guru matematika masih mengajar di kelas Aziz. Alfi, Gilang , Tio dan Ilham pun cukup lama menunggu. Setelah lama kemudian, pak Iman pun keluar dari kelas Aziz. “huh lama !” tegur alfi, “ya kan tadi pak Iman masih ngajar” balas Aziz, “yaudahlah ayo cepetan !” ajak Gilang.

Mereka berlima adalah sahabat sejak tahun kemarin, yaitu sejak kelas 2 SMP. Setiap saat mereka selalu bersama, mengabiskan waktu bersama dengan penuh aksi-aksi jahil dan konyol lainya. Tapi meskipun seperti itu mereka selalu membantu satu sama lain. Mereka selalu bersama kapanpun dan dimanapun. Kebiasaan mereka setiap pulang sekolah yaitu berrmain game online di warnet, mereka adalah pecandu game atau dalam istilah sekarang “gamers”. Entah siang, sore, ataupun malam mereka selalu bermain game.

Hari ini mereka melakukan aktivitas seperti biasa sepulang sekolah yaitu bermain game. Di angkot mereka membicarakan tentang SMA yang akan mereka pilih, “weh kita jadi di SMA 2 kan ?” Gilang bertanya pada teman yang lainya, “iyalah bro” sahut Aziz, Alfi dan Ilham. “Kalo elo yo?” Tanya gilang kepada tio, “iya, biar kita bisa maen bareng lagi, tapi gatau nih, nem gue takut kecil” tio menjawab, “elo sih sok-sokan gapake KJ (Kunci Jawaban). Gue, Alfi, Aziz, Ilham aja mau pake. Udah lo pake aja sih” sahut Gilang, “enggalah gue pengen berusaha sendiri lang” Balas tio sambil tersenyum. Merekapun sampai di warnet dan bermain game online seperti biasanya.

Tio adalah satu-satunya anak diantara lima sahabatnya tersebut yang tidak memakai kunci jawaban. Walaupun teman-temanya sudah bersih keras memaksanya untuk memakai kunci jawaban, tetapi Tio tetap teguh pada pendirianya. Tio hanya ingin berusaha sendiri

Satu bulan telah berlalu, saatnya Ujian Nasional bagi SMP. Saat Tio akan memasuki ruangan, tiba-tiba Gilang datang. ”yo, nih pake” bisik gilang kepada tio seraya memberikan selembar kertas kecil, ”apa ini lang?” tanya Tio, ”yaudah pake aja” Gilang mendesak Tio, ”ini kj yah?, gamau lang !” Tio menolak, ”janga aleman sih, Alfi, Ilham sama Aziz udah pake, biar kita bisa sama-sama lagi di SMA !” Gilang memaksa, ”yaudah, gue pengen kerja sendiri, gamau pake kj !” ujar Tio sambil bergegas masuk ruangan. Di keesokan harinya Gilang melakukan hal yang sama yaitu memaksa Tio untuk menggunakan kunci jawaban, tapi lagi-lagi tio menolaknya.

Ujian Nasonal pun berakhir. Seusai ujian, hari demi hari mereka lalui bersama, bermain, dan lain-lain, hingga tiba saatnya hari pengumuman kelulusan, halaman sekolah dipenuhi oleh siswa kelas sembilan. Satu persatu para siswa di panggil untuk mendapatkan surat keterangan lulus. Tio, Gilang, Aziz, Alfi dan Ilham menunggu dengan dipenuhi rasa gelisah terutama Tio. “nilai gue gimana yah?” ujar Ilham, “bagus kok tenang aja, kita kan pake kj” balas gilang, “yang harus dikhawatirin itu gue, kan gue gapake kj” tio gelisah, “yaudah sekarang lo nazar aja, lo janji kalo lo lulus mau ngapain?” Alfi memberi solusi, “yaudah, gue nazar kalo gue lulus, mau puasa satu minggu” ujar Tio. Tak lama kemudian Tio di panggil, begitu juga Gilang, Alfi, Aziz dan Ilham. “allhamdulillah gue lulus bro!” Tio senang, “gue juga” kata Gilang, alfi, Aziz dan Ilham. “yah tapi nem gue cuma 31,5 “ ujar Tio sedikit sedih, “tuh kan elo sih gamau pake kj, gue aja 3,5” Aziz berkata, “tapi gue ga nyesel kok gapake kj” balas tio sambil tersenyum. “yaudah kita rayain yuk kelulusan kita, gue teraktir ke kedai bang razak” Aziz megajak, “okeee!!” ujar teman-teman yang lain dengan semangat. Merekapun lekas pergi meninggalkan sekolah merayakan kelulusan mereka.

Satu bulan telah berlalu, kini saatnya mereka mendaftar untuk melanjutkan sekolah menengah atas. Mereka berniat untuk mendaftar ke SMA 2, salah satu SMA favorit di kota mereka. Sesampainya di SMA 2 mereka mendaftar dan keesokan harinya mereka di tes untuk masuk SMA tersebut. Keesokan harinya, pengumuman sudah berkumandang namun hasilnya tidak seperti yang mereka bayangkan.  “hey gue dapet surat putih, gue keterima !! hahaha” Aziz senang, “gue juga” kata Ilham, Gilang, Alfi. Namun mereka semua terdiam ketika melihat Tio duduk sambil menunduk. “kenapa yo? Lo keterima kan?” tanya Ilham, “gue dapet surat merah” jawab Tio dengan lesu, “sabar yah yo, mungkin disini bukan yang terbaik buat lo” Aziz menghibur, “iya yo walaupun kita beda SMA tapi kita masih bisa main kan?” Alfi menambahkan, “iya” jawab tio yang hanya melamun lesu. “kita cari SMA lain buat Tio yah?” ujar Gilang, “yaudah ayo” ajak Aziz. Tio dan teman-temanya pun pergi mencari SMA untuk Tio. Hingga akhirnya mereka tiba di salah satu SMA swasta di kota mereka. “coba disini yo” ujar Alfi, “iya” jawab tio denga lesu. Tio mendaftar di sekolah tersebut dengan diantar oleh teman-temanya. Teman-temanya terus memberikan support setiap hari, mereka menghibur Tio dengan mengajaknya bermain.

Seminggu telah berlalu sejak Tio mendaftar di SMA swasta. Dan saat mereka akan bermain, tio datang dengan wajah berseri-seri, “kenapa lo yo? Seneng banget keliatanya” tanya Aziz, heran, “gue keterima di aksel !” jawab tio dengan bangga. “aksel? Apaan tuh aksel?” Alfi bingung, “aksel itu kelas akselerasi, jadi gue sekolah SMA Cuma dua tahun doang” ujar tio, “hah? Iyah? Wah hebat” puji Gilang, “selamat yah yo, Allah udah ngasih yang terbaik buat lo” Ilham memberi selamat, “iya walaupun gue ga keterima di SMA 2, tapi gue keterima di kelas akselerasi” balas tio. Walaupun Tio dan kawan-kawanya berbeda sekolah, namun Tio tidak putus komunikasi dengan mereka, Tio masih sering bermain dengan mereka.

***

0 komentar:

Posting Komentar