Persahabatan Tiada Akhir
Oleh : Sulistio
Krriiiiiiiiiiiiiing…….. bel sekolah tanda usainya proses kbm
berbunyi. “hey Aziz, buruaan !!” Gilang memanggil Aziz yang masih berada di
kelas seraya melambaikan tangan. Aziz pun langsung membereskan buku-bukunya dan
bersiap untuk pulang, pak Iman sang guru matematika masih mengajar di kelas
Aziz. Alfi, Gilang , Tio dan Ilham pun cukup lama menunggu. Setelah lama
kemudian, pak Iman pun keluar dari kelas Aziz. “huh lama !” tegur alfi, “ya kan
tadi pak Iman masih ngajar” balas Aziz, “yaudahlah ayo cepetan !” ajak Gilang.
Mereka berlima adalah sahabat sejak tahun kemarin, yaitu sejak
kelas 2 SMP. Setiap saat mereka selalu bersama, mengabiskan waktu bersama
dengan penuh aksi-aksi jahil dan konyol lainya. Tapi meskipun seperti itu
mereka selalu membantu satu sama lain. Mereka selalu bersama kapanpun dan
dimanapun. Kebiasaan mereka setiap pulang sekolah yaitu berrmain game online di
warnet, mereka adalah pecandu game atau dalam istilah sekarang “gamers”. Entah siang, sore, ataupun
malam mereka selalu bermain game.
Hari ini mereka melakukan aktivitas seperti biasa sepulang
sekolah yaitu bermain game. Di angkot mereka membicarakan tentang SMA yang akan
mereka pilih, “weh kita jadi di SMA 2 kan ?” Gilang bertanya pada teman yang
lainya, “iyalah bro” sahut Aziz, Alfi dan Ilham. “Kalo elo yo?” Tanya gilang
kepada tio, “iya, biar kita bisa maen bareng lagi, tapi gatau nih, nem gue
takut kecil” tio menjawab, “elo sih sok-sokan gapake KJ (Kunci Jawaban). Gue,
Alfi, Aziz, Ilham aja mau pake. Udah lo pake aja sih” sahut Gilang, “enggalah
gue pengen berusaha sendiri lang” Balas tio sambil tersenyum. Merekapun sampai di warnet dan bermain game online
seperti biasanya.
Tio adalah
satu-satunya anak diantara lima sahabatnya tersebut yang tidak memakai kunci
jawaban. Walaupun teman-temanya sudah bersih keras memaksanya untuk memakai
kunci jawaban, tetapi Tio tetap teguh pada pendirianya. Tio hanya ingin berusaha sendiri
Satu bulan telah
berlalu, saatnya Ujian Nasional bagi SMP. Saat Tio akan memasuki ruangan,
tiba-tiba Gilang datang. ”yo, nih pake” bisik gilang kepada tio seraya
memberikan selembar kertas kecil, ”apa ini lang?” tanya Tio, ”yaudah pake aja”
Gilang mendesak Tio, ”ini kj yah?, gamau lang !” Tio menolak, ”janga aleman
sih, Alfi, Ilham sama Aziz udah pake, biar kita bisa sama-sama lagi di SMA !”
Gilang memaksa, ”yaudah, gue pengen kerja sendiri, gamau pake kj !” ujar Tio
sambil bergegas masuk ruangan. Di keesokan harinya Gilang melakukan hal yang
sama yaitu memaksa Tio untuk menggunakan kunci jawaban, tapi lagi-lagi tio menolaknya.
Ujian Nasonal pun berakhir. Seusai ujian, hari demi hari
mereka lalui bersama, bermain, dan lain-lain, hingga tiba saatnya hari
pengumuman kelulusan, halaman sekolah dipenuhi oleh siswa kelas sembilan. Satu
persatu para siswa di panggil untuk mendapatkan surat keterangan lulus. Tio,
Gilang, Aziz, Alfi dan Ilham menunggu dengan dipenuhi rasa gelisah terutama
Tio. “nilai gue gimana yah?” ujar Ilham, “bagus kok tenang aja, kita kan pake
kj” balas gilang, “yang harus dikhawatirin itu gue, kan gue gapake kj” tio
gelisah, “yaudah sekarang lo nazar aja, lo janji kalo lo lulus mau ngapain?”
Alfi memberi solusi, “yaudah, gue nazar kalo gue lulus, mau puasa satu minggu”
ujar Tio. Tak lama kemudian Tio di panggil, begitu juga Gilang, Alfi, Aziz dan
Ilham. “allhamdulillah gue lulus bro!” Tio senang, “gue juga” kata Gilang,
alfi, Aziz dan Ilham. “yah tapi nem gue cuma 31,5 “ ujar Tio sedikit sedih,
“tuh kan elo sih gamau pake kj, gue aja 3,5” Aziz berkata, “tapi gue ga nyesel
kok gapake kj” balas tio sambil tersenyum. “yaudah kita rayain yuk kelulusan
kita, gue teraktir ke kedai bang razak” Aziz megajak, “okeee!!” ujar
teman-teman yang lain dengan semangat. Merekapun lekas pergi meninggalkan
sekolah merayakan kelulusan mereka.
Satu bulan telah berlalu, kini saatnya mereka mendaftar untuk
melanjutkan sekolah menengah atas. Mereka berniat untuk mendaftar ke SMA 2,
salah satu SMA favorit di kota mereka. Sesampainya di SMA 2 mereka mendaftar
dan keesokan harinya mereka di tes untuk masuk SMA tersebut. Keesokan harinya,
pengumuman sudah berkumandang namun hasilnya tidak seperti yang mereka
bayangkan. “hey gue dapet surat putih,
gue keterima !! hahaha” Aziz senang, “gue juga” kata Ilham, Gilang, Alfi. Namun
mereka semua terdiam ketika melihat Tio duduk sambil menunduk. “kenapa yo? Lo
keterima kan?” tanya Ilham, “gue dapet surat merah” jawab Tio dengan lesu,
“sabar yah yo, mungkin disini bukan yang terbaik buat lo” Aziz menghibur, “iya
yo walaupun kita beda SMA tapi kita masih bisa main kan?” Alfi menambahkan,
“iya” jawab tio yang hanya melamun lesu. “kita cari SMA lain buat Tio yah?”
ujar Gilang, “yaudah ayo” ajak Aziz. Tio dan teman-temanya pun pergi mencari
SMA untuk Tio. Hingga akhirnya mereka tiba di salah satu SMA swasta di kota
mereka. “coba disini yo” ujar Alfi, “iya” jawab tio denga lesu. Tio mendaftar
di sekolah tersebut dengan diantar oleh teman-temanya. Teman-temanya terus
memberikan support setiap hari, mereka menghibur Tio dengan mengajaknya
bermain.
Seminggu telah berlalu sejak Tio
mendaftar di SMA swasta. Dan saat mereka akan bermain, tio datang dengan wajah
berseri-seri, “kenapa lo yo? Seneng banget keliatanya” tanya Aziz, heran, “gue
keterima di aksel !” jawab tio dengan bangga. “aksel? Apaan tuh aksel?” Alfi
bingung, “aksel itu kelas akselerasi, jadi gue sekolah SMA Cuma dua tahun
doang” ujar tio, “hah? Iyah? Wah hebat” puji Gilang, “selamat yah yo, Allah
udah ngasih yang terbaik buat lo” Ilham memberi selamat, “iya walaupun gue ga
keterima di SMA 2, tapi gue keterima di kelas akselerasi” balas tio. Walaupun
Tio dan kawan-kawanya berbeda sekolah, namun Tio tidak putus komunikasi dengan
mereka, Tio masih sering bermain dengan mereka.
***
0 komentar:
Posting Komentar