Aku
Oleh : Rizki Eka Putri
‘Lihatlah
orang-orang yang berada di sampingmu. Dan cobalah lihat siapa orang-orang yang
berada di sampingmu hingga akhir.’
***
Bella
Nadira, itulah namaku. Teman-teman memanggilku Bella. Seorang gadis biasa yang
patut bersyukur memiliki teman-teman yang sangat baik. Mereka yang selalu
mendukung dan menyemangatiku saat aku terpuruk. Seperti saat ini, saat dimana
aku merasa berada di titik terendahku sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kembali,
ku tatap gundukan tanah yang sejak tadi menjadi objek penglihatanku. Aku tidak
pernah bosan menatap batu nisan yang terukir nama ibuku. Sudah satu minggu ini,
ibu menghadap Tuhan dan meninggalkanku sendiri. Aku sudah tidak mempunyai ayah,
ia meninggalkan aku dan ibu. Aku tidak tahu keberadaannya, entah ia masih hidup
atau sudah tiada. Aku juga tidak berniat untuk mencari keberadaanya, atau
bahkan mendengar kabarnya.
“Hari
sudah sore. Ayo kita pulang”
Ucap
seseorang yang sejak sepuluh menit yang lalu mengingatkanku untuk segera
pulang. Dia adalah Dennis Putra Siregar, teman satu kelasku. Dennis selalu
mengikutiku setiap pulang sekolah untuk mengunjungi makam ibu.
“Pulanglah,
kalau kamu ingin pulang. Aku masih ingin disini menemani ibu” ucapku dengan
nada tercekat.
“Tapi,
sebentar lagi akan turun hujan” bujuk Dennis sekali lagi.
“Kalau
kamu ingin pulang, lebih baik kamu pulang sendiri tanpa aku!” bentakku
“Maaf
Dennis, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya ingin disini sendiri”
lanjutku, setelah berhasil menenangkan diriku yang sedang kalut. Aku tidak
ingin Dennis sakit hati karena aku membentakknya.
“Bella,
mau sampai kapan kamu meratapi kepergian ibumu? Tidakkah kamu kasihan? Ibumu
akan sangat bersedih melihat dirimu yang seperti ini.” tanya Dennis
“Kamu
tidak tahu Dennis” ucapku pelan
“Aku
tahu. Karena aku merasakan apa yang kamu rasakan”
“Kamu
tidak tahu, Dennis. Kamu tidak tahu rasanya kehilangan seseorang yang kamu
cintai dan hormati itu seperti apa. Seorang ibu yang mengandung dan
melahirkanmu dengan penuh perjuangan. Seorang ibu yang bekerja banting tulang
untuk mencukupi kebutuhanmu. Seorang ibu yang selalu berusaha untuk membuatmu
tidak terlihat berbeda dengan teman-temanmu. Kamu tidak akan pernah tahu
rasanya seperti apa Dennis. Karna kamu masih memiliki orangtua lengkap. Masih
ada mereka menyayangimu Dennis. Masih ada yang membela dirimu, meskipun kamu
berada di posisi yang salah.” bentakku dengan nafas yang memburu. Aku tidak
mengerti dengan Dennis. Tidakkah dia bersyukur memiliki keluarga yang lengkap
dan sangat sayang kepadanya? Mengapa dia berbicara seolah-olah dia merasakan
apa yang aku rasakan.
“Aku
bukan bagian dari keluarga Siregar, Bella. Papa dan mama mengangkatku di panti
asuhan untuk menjadi anaknya saat aku berusia delapan tahun. Aku hanya anak
angkat yang tidak tahu di mana keluarga kandungku. Bagaimana wajah dari papa
dan mama kandungku, apa aku memiliki saudara, apakah mereka masih hidup. Aku
tidak tahu Bella, karena aku berada di panti sejak aku masih bayi. Aku
merasakannya Bella. Merasakan perasaan rindu terhadap sosok ibu. Ibu yang
mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku.” jelas Dennis dengan suara pelan,
nyaris tak terdengar.
Aku
sangat terkejut mendengar penuturannya. Ada perasaan bersalah di hatiku, aku
sungguh tidak tahu kalau Dennis hanya seorang anak angkat. Aku hanya tahu,
Dennis anak tunggal dari keluarga Siregar yang cukup mapan.
“Aku
minta maaf Dennis, aku sungguh tidak tahu.” ucapku kikuk
Dennis
tersenyum kecil menatapku “Tidak masalah, kamu hanya tahu sebagian kecil dari
diriku, Bella”
“Dennis,
meskipun kamu tidak tahu bagaimana keluarga kandungmu. Tapi kamu beruntung,
masih memiliki keluarga angkat yang sangat sayang kepadamu.” komentarku
“Ya,
aku beruntung. Aku sangat beruntung
memiliki mereka yang menyayangiku” balas
Dennis dengan senyuman di wajahnya
“Ya,
dan aku tidak lebih beruntung darimu Dennis” ujarku tertunduk lesu.
“Jangan
bersedih seperti itu. Masih ada yang peduli dan sayang padamu” ucap Dennis yang
hanya terdengar seperti sedang menyenangkan hati bagiku
“Benarkah?
Siapa orang itu?” tanyaku
“AKU”
tegas Dennis
***
“Kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan
takdirkan untuk kita. Dan kita tidak pernah tahu siapa orang-orang berada di
samping kita hingga akhir”
-Bella Nadira-
“Ibaratkan
sebuah bunga... kamu seperti bunga lily. Walaupun terlihat rapuh. Namun aku
tahu, sesungguhnya kamu adalah seorang wanita yang kuat. Bunga itu memang
sederhana.. kesederhanaan yang membuatnya terlihat manis dan juga.. cantik.”
-Dennis Putra-
0 komentar:
Posting Komentar