Selasa, 19 Maret 2013

Aku



Oleh : Rizki Eka Putri


‘Lihatlah orang-orang yang berada di sampingmu. Dan cobalah lihat siapa orang-orang yang berada di sampingmu hingga akhir.’

***
Bella Nadira, itulah namaku. Teman-teman memanggilku Bella. Seorang gadis biasa yang patut bersyukur memiliki teman-teman yang sangat baik. Mereka yang selalu mendukung dan menyemangatiku saat aku terpuruk. Seperti saat ini, saat dimana aku merasa berada di titik terendahku sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Kembali, ku tatap gundukan tanah yang sejak tadi menjadi objek penglihatanku. Aku tidak pernah bosan menatap batu nisan yang terukir nama ibuku. Sudah satu minggu ini, ibu menghadap Tuhan dan meninggalkanku sendiri. Aku sudah tidak mempunyai ayah, ia meninggalkan aku dan ibu. Aku tidak tahu keberadaannya, entah ia masih hidup atau sudah tiada. Aku juga tidak berniat untuk mencari keberadaanya, atau bahkan mendengar kabarnya.

“Hari sudah sore. Ayo kita pulang”
Ucap seseorang yang sejak sepuluh menit yang lalu mengingatkanku untuk segera pulang. Dia adalah Dennis Putra Siregar, teman satu kelasku. Dennis selalu mengikutiku setiap pulang sekolah untuk mengunjungi makam ibu.

“Pulanglah, kalau kamu ingin pulang. Aku masih ingin disini menemani ibu” ucapku dengan nada tercekat.
“Tapi, sebentar lagi akan turun hujan” bujuk Dennis sekali lagi.
“Kalau kamu ingin pulang, lebih baik kamu pulang sendiri tanpa aku!” bentakku
“Maaf Dennis, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya ingin disini sendiri” lanjutku, setelah berhasil menenangkan diriku yang sedang kalut. Aku tidak ingin Dennis sakit hati karena aku membentakknya.
“Bella, mau sampai kapan kamu meratapi kepergian ibumu? Tidakkah kamu kasihan? Ibumu akan sangat bersedih melihat dirimu yang seperti ini.” tanya Dennis
“Kamu tidak tahu Dennis” ucapku pelan
“Aku tahu. Karena aku merasakan apa yang kamu rasakan”
“Kamu tidak tahu, Dennis. Kamu tidak tahu rasanya kehilangan seseorang yang kamu cintai dan hormati itu seperti apa. Seorang ibu yang mengandung dan melahirkanmu dengan penuh perjuangan. Seorang ibu yang bekerja banting tulang untuk mencukupi kebutuhanmu. Seorang ibu yang selalu berusaha untuk membuatmu tidak terlihat berbeda dengan teman-temanmu. Kamu tidak akan pernah tahu rasanya seperti apa Dennis. Karna kamu masih memiliki orangtua lengkap. Masih ada mereka menyayangimu Dennis. Masih ada yang membela dirimu, meskipun kamu berada di posisi yang salah.” bentakku dengan nafas yang memburu. Aku tidak mengerti dengan Dennis. Tidakkah dia bersyukur memiliki keluarga yang lengkap dan sangat sayang kepadanya? Mengapa dia berbicara seolah-olah dia merasakan apa yang aku rasakan.

“Aku bukan bagian dari keluarga Siregar, Bella. Papa dan mama mengangkatku di panti asuhan untuk menjadi anaknya saat aku berusia delapan tahun. Aku hanya anak angkat yang tidak tahu di mana keluarga kandungku. Bagaimana wajah dari papa dan mama kandungku, apa aku memiliki saudara, apakah mereka masih hidup. Aku tidak tahu Bella, karena aku berada di panti sejak aku masih bayi. Aku merasakannya Bella. Merasakan perasaan rindu terhadap sosok ibu. Ibu yang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku.” jelas Dennis dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

Aku sangat terkejut mendengar penuturannya. Ada perasaan bersalah di hatiku, aku sungguh tidak tahu kalau Dennis hanya seorang anak angkat. Aku hanya tahu, Dennis anak tunggal dari keluarga Siregar yang cukup mapan.

“Aku minta maaf Dennis, aku sungguh tidak tahu.” ucapku kikuk
Dennis tersenyum kecil menatapku “Tidak masalah, kamu hanya tahu sebagian kecil dari diriku, Bella”
“Dennis, meskipun kamu tidak tahu bagaimana keluarga kandungmu. Tapi kamu beruntung, masih memiliki keluarga angkat yang sangat sayang kepadamu.” komentarku
“Ya, aku beruntung.  Aku sangat beruntung memiliki mereka yang menyayangiku” balas  Dennis dengan senyuman di wajahnya
“Ya, dan aku tidak lebih beruntung darimu Dennis” ujarku tertunduk lesu.
“Jangan bersedih seperti itu. Masih ada yang peduli dan sayang padamu” ucap Dennis yang hanya terdengar seperti sedang menyenangkan hati bagiku
“Benarkah? Siapa orang  itu?” tanyaku
“AKU” tegas Dennis
***
“Kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan takdirkan untuk kita. Dan kita tidak pernah tahu siapa orang-orang berada di samping kita hingga akhir”
-Bella Nadira-


“Ibaratkan sebuah bunga... kamu seperti bunga lily. Walaupun terlihat rapuh. Namun aku tahu, sesungguhnya kamu adalah seorang wanita yang kuat. Bunga itu memang sederhana.. kesederhanaan yang membuatnya terlihat manis dan juga.. cantik.”

-Dennis Putra-

0 komentar:

Posting Komentar