Kalian
Oleh : Mutiara Pertiwi Sukmawijaya
Menyesal? Perasaan
penuh sesak di dada dengan seribu tanya yang melayang di pikiran. “Apa yang sudah kau lakukan?” atau “bagaimana
mungkin kau menjadi begitu bodoh?” .
Pertanyaan seperti itu yang sering aku tanyakan kepada diriku sendiri setiap menyesali kebodohan yang telah aku lakukan.
Aku Ciara,
remaja yang hidup dengan penuh penyesalan di tengah kenestapaan hidup,
ya begitulah kira-kira jika aku menggunakan bahasa lebay— tapi mau tahu apa yang orang pikirkan tentangku? Well, sebenarnya tak sedikit dan hampirsemua orang yang mengenaliku menganggap aku cuek dan hidup tanpa beban. Dan tentu mereka salah! Mana mungkin mereka bisa mengatakan aku cewe cuek dan tidak peduli, jika saja mereka tahu betapa sedihnya aku ketika mendapat nilai buruk
atau saat aku merasa sendiri dan tidak ada yang bisa memahami sulitnya keadaanku untuk bertahan ketika orang di sekitarku menganggap remeh tentang diriku.
ya begitulah kira-kira jika aku menggunakan bahasa lebay— tapi mau tahu apa yang orang pikirkan tentangku? Well, sebenarnya tak sedikit dan hampirsemua orang yang mengenaliku menganggap aku cuek dan hidup tanpa beban. Dan tentu mereka salah! Mana mungkin mereka bisa mengatakan aku cewe cuek dan tidak peduli, jika saja mereka tahu betapa sedihnya aku ketika mendapat nilai buruk
atau saat aku merasa sendiri dan tidak ada yang bisa memahami sulitnya keadaanku untuk bertahan ketika orang di sekitarku menganggap remeh tentang diriku.
“Ra? Mau
ngambil apa kuliah nanti?” tanya Lucy ramah
“Gue? Hemm belum tau deh. Kenapa emang?”
“Yaa gak apa-apa nanya aja. Soalnya jaman sekarang aneh deh, kadang orang gak nyadar aja
gitu sama potensi sendiri dan ngambil jurusan terlalu tinggi”
“Mungkin,
kurang tahu juga ” kataku sedikit sarkastik
“Gue? Hemm belum tau deh. Kenapa emang?”
“Yaa gak apa-apa nanya aja. Soalnya jaman sekarang aneh deh, kadang orang gak nyadar aja
gitu sama potensi sendiri dan ngambil jurusan terlalu tinggi”
“Mungkin,
kurang tahu juga ” kataku sedikit sarkastik
Bisa kamu banyangkan
bagaimana mungkin seseorang
yang tidak mengenal apa pun dari dirimu berani menyampaikan sesuatu yang sangat tidak masuk akal? Dan betapa
bodohnya jika kau terus berpura-pura
tidak terjadi apa-apa pada dirimu terutama perasaanmu saat mendengar itu? Kata-kata itu sebenarnya untukku. Ya!
Betapa bodohnya aku..
“Gimana anak-anak
sudah dapat jurusan yang tepat untuk kuliah nanti?” tanya pak Sastro
pada murid-murid di seluruh kelasku. Seketika kelas pun riuh dengan suara-suara
diskusi dari teman-temanku.
“Yasudah diam dulu. Bapak mau mejelaskan sesuatu” Kata Pak Satro memecah kebisingan
“Begini sebenarnya bapak ingin memberi gambaran untuk kalian semua. Kuliah nanti itu sudah bukan main-main, itu yang akan menentukan kehidupan kalian. Jadi pilihlah sesuai kemampuan dan keinginan kalian.Tapi yaa bapak ingin memberi saran, ada baiknya kalian juga sadar diri, jika kemampuan kalian kurang ya jangan di paksa mengambil jurusan yang terlalu tinggi..”
pada murid-murid di seluruh kelasku. Seketika kelas pun riuh dengan suara-suara
diskusi dari teman-temanku.
“Yasudah diam dulu. Bapak mau mejelaskan sesuatu” Kata Pak Satro memecah kebisingan
“Begini sebenarnya bapak ingin memberi gambaran untuk kalian semua. Kuliah nanti itu sudah bukan main-main, itu yang akan menentukan kehidupan kalian. Jadi pilihlah sesuai kemampuan dan keinginan kalian.Tapi yaa bapak ingin memberi saran, ada baiknya kalian juga sadar diri, jika kemampuan kalian kurang ya jangan di paksa mengambil jurusan yang terlalu tinggi..”
Aku mulai berfikir dan
menyadari sesuatu, apa mungkin
aku memang tak pantas? Apa mungkin aku tak mampu? Apa aku harus membiarkan mimpiku terkubur oleh perkataan dan
pendapat orang yang sama ekali tidak
mengenaliku? Aku mungkin bukan yang terpintar. Tapi siapa peduli? Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda kan?
Setahuku tidak ada orang bodoh di dunia
ini. Yang ada hanyalah orang yang malas, dan kuakui aku memang orang yang cukup malas. Tapi setiap orang bisa berubah
kan? Setiap orang tentu boleh bermimpi
dan berusaha mendapatkannya kan?So what’s the problem? Mengapa
orang-orang seperti sangat tertarik membuat
opini untuk hidup orang lain. Apa mereka tidak punya kesibukan lain? Apa mereka merasa hidupnya sudah cukup terjamin
sehingga merasa perlu mengeluarkan
komentar terus menerus? Aku berusaha berpikir positive, mungkin orang-orang itu hanya menilai dari apa yang terlihat.
Apa mungkin aku terlihat kuat? Apa
mungkin aku terlihat sama sekali tak gentar sehingga mereka dengan mudah mengeluarkan kata-kata pedas yang sebenarnya
sangat menyakiti hatiku.
Ini yang sangat aku sesali, berpura-pura kuat pada semua hal. Berpura-pura aku mampu menghadapi
semuanya sehingga membuatku bersikap
seolah-olah aku tidak mempedulikan perkataan mereka, aku melakukannya dengan bersikap acuh seperti
menanggapi dengan sarkastik atau hanya
berlalu. Sebenarnya aku terluka, merasa sakit dan bingung harus melakukan
apa. Tapi aku terus berusaha tegar, aku berjanji
pada diriku untuk benar-benar bisa
menjadi wanita kuat dan tak pantang menyerah. Aku ingin buktikan kepada mereka yang mengatakan aku tak mampu, kepada mereka
yang selalu dengan mudah mengeluarkan
kata-kata tak respect pada tujuanku.
Walau kini hatiku sering merasa getir, rasanya ingin aku ulang waktu dan menjadi gadis remaja yang tak perlu berpura-pura
kuat. Tapi ini pilihanku, mejadi Ciara
yang kuat dan tak takut menerjang badai. Biarkan hanya aku yang
tahu, biarkan hanya aku yang merasakanya.
tahu, biarkan hanya aku yang merasakanya.
“Tapi Mah
aku gak yakin...” kataku lemas
“Ya pasti kamu bisa, kamu punya kemampuan kok. Cuma ya itu, malasnya ayoo dong di
kurangi. Kamu pasti bisa kok, orang lain saja bisa kenapa kamu engga”
“Ya pasti kamu bisa, kamu punya kemampuan kok. Cuma ya itu, malasnya ayoo dong di
kurangi. Kamu pasti bisa kok, orang lain saja bisa kenapa kamu engga”
Perkataan dari malaikat itulah yang
membuatku terus melangkah dan semakin
membulatkan tekad, malaikat yang melahirkanku--
malaikat pribadiku. Dan kini aku terlahir menjadi Ciara yang baru, menjadi Ciara yang tak pantang menyerah dan siap
menghadapi semuanya. Peduli setan dengan
semua cibiran orang, siapa mereka? Memangnya mereka yang membiayai hidupku? Jadi untuk kalian semua yang meragukan kemampuanku-- lebih baik kalian
diam dan lihat, karena aku akan
membuktikan semuanya. Dan yang terakhir, percayalah aku selalu berdoa pada
Tuhan agar kalian di berikan kesibukan yang
lebih mulia selain ikut campur atau berkomentar
tak penting tentang kehidupan orang lain. God bless you..
***
0 komentar:
Posting Komentar