Selasa, 19 Maret 2013

Kalian

Oleh : Mutiara Pertiwi Sukmawijaya

 Menyesal? Perasaan penuh sesak di dada dengan seribu tanya yang melayang di pikiran. “Apa yang sudah kau lakukan?” atau “bagaimana mungkin kau menjadi begitu bodoh?” . Pertanyaan seperti itu yang sering aku tanyakan kepada diriku sendiri setiap menyesali kebodohan yang telah aku lakukan.

Aku Ciara, remaja yang hidup dengan penuh penyesalan di tengah kenestapaan hidup,
ya begitulah kira-kira jika aku menggunakan bahasa lebay— tapi mau tahu apa yang orang pikirkan tentangku? Well, sebenarnya tak sedikit dan hampirsemua orang yang mengenaliku menganggap aku cuek dan hidup tanpa beban. Dan tentu mereka salah! Mana mungkin mereka bisa mengatakan aku cewe cuek dan tidak peduli, jika saja mereka tahu betapa sedihnya aku ketika mendapat nilai buruk
atau saat aku merasa sendiri dan tidak ada yang bisa memahami sulitnya keadaanku untuk bertahan ketika orang di sekitarku menganggap remeh tentang diriku.

“Ra? Mau ngambil apa kuliah nanti?” tanya Lucy ramah
“Gue? Hemm belum tau deh. Kenapa emang?”
“Yaa gak apa-apa nanya aja. Soalnya jaman sekarang aneh deh, kadang orang gak nyadar aja
gitu sama potensi sendiri dan ngambil jurusan terlalu tinggi”
“Mungkin,
kurang tahu juga ” kataku sedikit sarkastik
           
 Bisa kamu banyangkan bagaimana mungkin seseorang yang tidak mengenal apa pun dari dirimu berani menyampaikan sesuatu yang sangat tidak masuk akal? Dan betapa bodohnya jika kau terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa pada dirimu terutama perasaanmu saat mendengar itu? Kata-kata itu sebenarnya untukku. Ya! Betapa bodohnya aku..

“Gimana anak-anak sudah dapat jurusan yang tepat untuk kuliah nanti?” tanya pak Sastro
pada murid-murid di seluruh kelasku. Seketika kelas pun riuh dengan suara-suara
diskusi dari teman-temanku.
“Yasudah diam dulu. Bapak mau mejelaskan sesuatu” Kata Pak Satro memecah kebisingan
“Begini sebenarnya bapak ingin memberi gambaran untuk kalian semua. Kuliah nanti itu sudah bukan main-main, itu yang akan menentukan kehidupan kalian. Jadi pilihlah sesuai kemampuan dan keinginan kalian.Tapi yaa bapak ingin memberi saran, ada baiknya kalian juga sadar diri, jika kemampuan kalian kurang ya jangan di paksa mengambil jurusan yang terlalu tinggi..”
     
 Aku mulai berfikir dan menyadari sesuatu, apa mungkin aku memang tak pantas? Apa mungkin aku tak mampu? Apa aku harus membiarkan mimpiku terkubur oleh perkataan dan pendapat orang yang sama ekali tidak mengenaliku? Aku mungkin bukan yang terpintar. Tapi siapa peduli? Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda kan? Setahuku tidak ada orang bodoh di dunia ini. Yang ada hanyalah orang yang malas, dan kuakui aku memang orang yang cukup malas. Tapi setiap orang bisa berubah kan? Setiap orang tentu boleh bermimpi dan berusaha mendapatkannya kan?So what’s the problem?  Mengapa orang-orang seperti sangat tertarik membuat opini untuk hidup orang lain. Apa mereka tidak punya kesibukan lain? Apa mereka merasa hidupnya sudah cukup terjamin sehingga merasa perlu mengeluarkan komentar terus menerus? Aku berusaha berpikir positive, mungkin orang-orang itu hanya menilai dari apa yang terlihat. Apa mungkin aku terlihat kuat? Apa mungkin aku terlihat sama sekali tak gentar sehingga mereka dengan mudah mengeluarkan kata-kata pedas yang sebenarnya sangat menyakiti hatiku. 
           
Ini yang sangat aku sesali, berpura-pura kuat pada semua hal. Berpura-pura aku mampu menghadapi semuanya sehingga membuatku bersikap seolah-olah aku tidak mempedulikan perkataan mereka, aku melakukannya dengan bersikap acuh seperti menanggapi dengan sarkastik atau hanya berlalu. Sebenarnya aku terluka, merasa sakit dan bingung harus melakukan apa. Tapi aku terus berusaha tegar, aku berjanji pada diriku untuk benar-benar bisa menjadi wanita kuat dan tak pantang menyerah. Aku ingin buktikan kepada mereka yang mengatakan aku tak mampu, kepada mereka yang selalu dengan mudah mengeluarkan kata-kata tak respect pada tujuanku. Walau kini hatiku sering merasa getir, rasanya ingin aku ulang waktu dan menjadi gadis remaja yang tak perlu berpura-pura kuat. Tapi ini pilihanku, mejadi Ciara yang kuat dan tak takut menerjang badai. Biarkan hanya aku yang
tahu, biarkan hanya aku yang merasakanya. 

“Tapi Mah aku gak yakin...” kataku lemas
“Ya pasti kamu bisa, kamu punya kemampuan kok. Cuma ya itu, malasnya ayoo dong di
kurangi. Kamu pasti bisa kok, orang lain saja bisa kenapa kamu engga” 
           
Perkataan dari malaikat itulah yang membuatku terus melangkah dan semakin membulatkan tekad, malaikat yang melahirkanku-- malaikat pribadiku. Dan kini aku terlahir menjadi Ciara yang baru, menjadi Ciara yang tak pantang menyerah dan siap menghadapi semuanya. Peduli setan dengan semua cibiran orang, siapa mereka? Memangnya mereka yang membiayai hidupku?  Jadi untuk kalian semua yang meragukan kemampuanku-- lebih baik kalian diam dan lihat, karena aku akan membuktikan semuanya. Dan yang terakhir, percayalah aku selalu berdoa pada Tuhan agar kalian di berikan kesibukan yang lebih mulia selain ikut campur atau berkomentar tak penting tentang kehidupan orang lain. God bless you..

***

0 komentar:

Posting Komentar