Selasa, 19 Maret 2013

Akhir Sebuah Persahabatan

Oleh : Ridho Faruqi

           Aku punya dua orang sahabat kami selalu bersama kemanapun kami pergi. Aku bertemu mereka karena satu hal yaitu skateboarding dan juga kami satu sekolah bahkan satu kelas, mereka adalah Zaki dan Rakha, Kita bagaikan tak terpisahkan kami selalu bersama, jika ada diantara kami  yang hilang layaknya mobil tanpa roda, kami tidak bisa berjalan jika diantara kami tidak ada.

            Disekolah, seperti biasa kami berkumpul di sudut kelas ceritakan semua tentang kita, masalah kita bahkan hal yang tidak penting kita bicarakan, “TEEEET” bell masuk pun berbunyi kami pun langsung duduk ditempat masing masing lalu guru pun datang “Assalamuallaikum anak anak” sapa bu Nuris guru bahasa Arab kami, “waallaikumsama bu” jawab kami sekelas, “ya anak anak hari ini juga kita ulangan harian yang ke dua, siapkan alat tulis nya” ucap bu Nuris, betapa terkejutnya kami akan hal itu karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya, maka aku, Rakha dan Zaki pun langsung membuat rencana untuk mencontek dan kami punya tugas yang berbeda yaitu Zaki bertugas untuk melihat buku, Rakha bertugas untuk menutupi dan mengalihkan perhatian sedangkan aku menulis jawaban yang kemudian mereka salin, rencana kami berjalan dengan sukses kami berhasil menjawab semua soal yang ada dan tidak ketahuan oleh bu Nuris, setelah selesai kami mengumpulkan kertas ulangan dan keluar kelas, kami pun langsung menertertawai kejadian tadi dan berharap mendapatkan nilai yang bagus.

            Sepulang sekolah kami pun merencanakan untuk bermain skateboard jam lima sore ini maka kami pun bergegas pulang kerumah masing masing untuk istirahat, lalu pada jam setengah lima aku pun dijemput oleh mereka berdua untuk bermain skateboard di lapangan basket depan sekolah kami, sesampainya di sana kami langsung berseluncur memainkan semua trik yang kami bisa, diantara kami bertiga Rakha adalah yang terhebat dia memiliki lompatan yang tinggi dan bisa melakukan banyak trik lebih dari pada aku dan Zaki, lalu aku pun memberikan tantangan kepada Rakha untuk melompati sebuah motor yang sedang terparkir di sisi lapangan basket dan Rakha pun menyanggupi tantangan itu sementara aku bersiap untuk merekamnya, Rakha mengambil ancang ancang lalu berseluncur kencang menuju motor itu lalu “TRAKK” dia berhasil melompati motor itu dengan mulus, serentak orang yang ada di sekitar situ terkagum kagum dan bertepuk tangan, aku pun salut dengannya, setelah satu jam bermain kami lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak, lalu aku membeli minum untuk aku bagi bagikan, kami duduk bersama di pinggir lapangan basket, saat itu melintas seorang perempuan cantik yang seumuran dengan kami, Zaki dan Rakha langsung memandangnya tanpa henti, mereka sepertinya tertarik dengan perempuan itu, tak lama setelah itu kami langsung pulang kerumah masing – masing dan tak lupa kami memberikan salam rahasia kami.

            Esok harinya seperti biasanya aku melakukan aktivitas monoton yang menjemukan, tetapi berkat sahabat sahabat aku semua lebih berwarna kami selalu mencari sesuatu yang baru dan selalu menemukan sesuatu yang menarik lalu sepertinya Rakha dan Zaki mencoba hal yang baru yaitu untuk memiliki pacar, tetapi aku menemukan sesuatu yang salah karena mereka menyukai satu perempuan yang sama, pada awalnya mereka tidak mengetahui bahwa mereka berdua menyukai satu perempuan yang sama tetapi lama kelamaan mereka saling mengetahui.

            Hari demi hari kami lalui bersama seperti biasa tetapi ada satu hal yang berbeda, aku melihat mulai ada jarak antara Rakha dan Zaki, mereka bersaing untuk mendapatkan satu perempuan, karena tidak ingin ini menjadi buruk aku menanyakan hal ini pada Rakha, di rumahnya aku menanyakan semua hal tentang ini sampai mengetahui bahwa perempuan yang mereka perebutkan itu adalah perempuan yang ada di lapangan saat kami istirahat setelah bermain skateboard dan namanya adalah Putri, saat itu petang dan hari mulai gelap tetapi aku masih berbincang dengan Rakha, kami telah banyak membicarakan tentang dia dan Zaki serta Putri, lalu aku mulai terbawa emosi saat Rakha menceritakan semua kejelekan Zaki dan apa yang dilakukan Zaki dibelakang aku, aku sangat marah pada Zaki lalu Rakha berencana untuk memusuhi Zaki, aku pun mengiyakan rencana itu karena aku sangat marah sekali atas apa yang dilakukan Zaki.

            Di sekolah aku dan rakha pindah tempat duduk untuk menjauhi Zaki, saat istirahat pun kami tidak bersama seperti dulu, sekarang hanya aku dan Rakha saja menjalaninya bersama, lalu ada satu guru yang menanyakan kepada aku “ do, mana Zaki? Biasanya bareng terus” Tanya guru, “ada bu di kelasnya” kata aku “ tumben gak bareng bareng jalannya?” Tanya guru lagi “ gakpapa bu Zakinya lagi sibuk dikelas”kataku “ ooh yasudah, jangan lupa Pr nya ya.” , “ iya bu salamualaikum”, memang aneh saat kami tidak bersama sama karena sebelumnya kami terkenal sangat kompak di dalam atau di luar sekolah, lalu Rakha datang menghampiriku yg sedang duduk di kursi depan perpustakaan “ do sialan si Zaki udah jadian sama putri” kata Rakha, “hah? Iyatah?” Tanya aku, “iya do, aduuh.. sialan” jawab Rakha, aku tidak berkomentar banyak soal itu.

            Setelah Zaki sudah berpacaran dan persaingan antara Rakha dan Zaki pun berakhir tapi semanya tidak kembali normal kami semua masih saling memusuhi bahkan semakin memanas kini mereka bersaing dalam segala hal, aku tidak mengira semuanya akan seperti ini, sebenarnya ada dalam hati ku untuk minta maaf pada Zaki karena telah memusuhinya tetapi aku takut mengecewakan Rakha karena tidak memusuhi Zaki, kini aku bingung apakah yang harus aku lakukan? Apa aku harus meninggal kan saja mereka berdua dan tidak berpihak pada siapapun?, tapi aku tidak ingin ini semua berakhir seperti ini aku pun berusaha untuk kembali menyatukan mereka, tapi apa daya mereka sulit untuk disatukan seperti dulu, bahkan Rakha marah padaku karena aku melakukannya.

            Satu bulan menjelan ujian nasional aku dan seluruh murid kelas Sembilan sibuk mempersiapkan diri untuk menhadapinya, namun aku, Rakha dan Zaki masih saja bermusuhan, aku sadar jika tidak ada yang memulai kami tidak akan menyatu lagi karena itu aku akan minta maaf pada Zaki besok, sebelumnya aku pergi kerumah Rakha untuk membicarakannya, saat tiba aku dirumah Rakha aku langsung menjelaskannya “ Rak, kita ingin seperti dulu lagi” kataku, “ apa maksudnya do? Tanya Rakha, “ ayo kita minta maaf sama Zaki” kataku, “ ahh gak mau.. ngapain do? Pokoknya gua gak mau maafan sama Zaki” kata Rakha, “ yasudah kalo gitu biar gua aja yang minta maaf” kataku, lalu aku pulang kerumah ku.

            Pagi hari saat kelas belum masuk aku menghampiri Zaki yang sedang duduk di bangku kelas “hay zak” kataku, “ apa do? “ Tanya nya, “ gini zak, gua mau minta maaf sama lo karena sudah musuhin lo selama ini, gua sadar gua salah zak, gua mau kita seperti dulu lagi zak seperti seharusnya, lo mau kan maafin gua? Kataku, “ iya do, gua sebenernya gak pernah marah sama lo do” kata Zaki, “ makasih ya zak” jawab ku, disitu aku dan Zaki berbincang bincang banyak hal sampai aku tahu  ternyata apa yang di ceritakan Rakha tentang Zaki tidak ada sedikit pun yang benar Rakha hanya memfitnah agar aku memusuhi Zaki.

            Setelah bermaafan dengan zaki aku mengharapkan kita yang dulu, tetapi apa boleh buat kita tidak pernah bersama seperti dulu lagi, seperti halnya rantai yang sangat kuat namun setelah putus rantai itu tidak bisa untuk di satukan lagi bahkan jika bisa tidak akan bisa dirangkai sekuat sebelum putus, seperti itulah kami, persahabatan kami berakhir sampai disini.

***

0 komentar:

Posting Komentar