Dosa Terindah
Oleh : Niles Cholifiyah Sudrajat
Sudah berjam-jam Nana menatap dinding langit di
kamarnya yang remang-remang sambil tersenyum mengenang saat ia bertemu dengan
Deviana Aditya untuk pertama kalinya. Ketika itu ia sedang menyusuri lorong
yang berada di sekolahnya seorang diri. Kemudian ia melihat ada lelaki yang
datang dari ujung lorong dengan sedikit berlari dan nampaknya buru-buru. Lelaki
itu membawa bola basket di tangannya. Ketika mereka berpapasan, Lelaki itu
sedikit menyenggol bahu Nana hingga Nana terkejut dan hampir membuatnya
terbentur tembok.
‘Aduh selow
dong lo’ Ucap Nana sedikit ketus.
‘Eeeh sorry,
sorry, gue buru-buru’ Balas lelaki itu.
‘Iya gapapa.
Lain kali hati-hati’ Jawab Nana dengan sedikit kesal.
Nana tak pernah tahu kalau lelaki yang sempat
membuatnya kesal itu bisa membuatnya selalu teringat-ingat akan sosoknya.
Hingga akhirnya Nana mengetahui namanya, kelasnya, alamat rumahnya hingga SD
tempat Devi berasal. Nana pun tahu kalau Deviana Aditya itu tidak suka
dipanggil Devi. Tetapi ia lebih suka dipanggil Adit. Hingga suatu hari,
sekolahnya mengadakan pendaftaran untuk ekstra kulikuler. Dan semua siswa
termasuk Nana harus mengikutinya. Pada kesempatan itu juga, Nana dipertemukan
kembali dengan Adit. Dan tanpa Nana sangka, Adit menyapa Nana.
‘Oy? Lo yang di lorong itu bukan?’
‘Ha? Oh iya yang waktu itu’ Jawab Nana
‘Sorry banget
ya yang waktu itu, gue ga sengaja’ Ujar Adit
‘Oh, iya sih gapapa,
nyelow aja’ Balas Nana dengan nada santai.
‘Oya by the
way nama lo siapa?’ Tanya Adit tiba-tiba
‘Gue?’ Tanya Nana heran. Untuk apa Adit bertanya
siapa namanya? Atau mungkin karena Adit merasa tidak enak pada Nana karena
kejadian di lorong itu pikirnya.
‘Iyalah elo, siapa lagi’ Balas Adit
‘Gue Fitri Nana, lo?’ Nana balik bertanya siapa
namanya. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu siapa namanya.
‘Gue Adit. Oya lo ikut ekskul apa?’ Tanya Adit lagi
‘Basket dong’ Ucap Nana bangga
‘Widih sama dong, daftar bareng aja yuk’ Ajak Adit
pada Nana
‘Boleh deh’ Jawab Nana tanpa ragu. Sejak saat itu,
mereka mulai berteman. Mereka juga sering pulang bersama dan latihan basket
bersama hingga mereka semakin dekat. Bisa dibilang, mereka bersahabat. Seiring
kedekatannya dengan Adit, Nana merasa ada yang lain yang ia rasakan. Bukan
perasaan dari ‘teman’ pada ‘teman’, namun perasaan dari ‘wanita’ pada ‘pria’,
atau dengan kata lain, Nana menyukai Adit.
Suatu hari, Nisa, teman dekat Nana bertanya pada
Nana dengan wajah penasaran.
‘Na? Lo jadian sama Adit?’
‘Hah? Apaan? Kaga. Kata siapa? Darimana?’ Tanya Nana
tak percaya
‘Tuh anak basket pada bilang gitu’ Jawab Nisa santai
‘Is engga Nis. Gossip
aja mereka mah’ Ucap Nana pada Nisa, membela dirinya.
Sebenarnya, Nana sangat menginginkan kabar burung
itu menjadi nyata. Namun kabar burung yang Nana harapkan akan terjadi harus ia
pendam dalam-dalam. Karena ternyata Adit sudah punya kekasih, namanya Haura
Nada Lyta, anak luar sekolah. Betapa kecewanya Nana mendengar kabar itu. Namun
Nana tetap berusaha bersikap seperti biasa saat ia belum mengetahui kabar itu.
Hingga akhirnya tanpa pernah Nana duga, Adit mengungkapkan perasaannya pada
Nana.
‘Na, gue pengen lo tau, selama ini gue suka sama lo.
Lo mau jadi cewe gue?’
‘Hah? Serius lo? Terus Nada gimana?’ Tanya Nana
panik
‘Lo tau soal Nada? Itu urusan terakhir, yang penting
lo mau apa ga?’ Tanya Adit sedikit mendesak Nana
Sebagai perempuan normal, tentu Nana akan merasa
sangat senang apabila lelaki yang selama ini ia idam-idamkan mempunyai perasaan
yang sama dengannya. Terlebih jika bisa menjadi kekasihnya. Tanpa pikir
panjang, Nana menjawab ‘iya deh, gue mau’.
Hari-hari yang Nana lalui sekarang terasa lebih
indah sejak Adit menjadi kekasihnya. Hampir dua bulan mereka berpacaran,
menikmati kisah-kisah indah mereka. Namun kebahagiaan ini tak lama Nana
rasakan. Semua pupus karena sosok Nada yang begitu penting untuk Adit. Ketika
itu Nana dan Adit sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ponsel Adit berbunyi.
Entah dari siapa, Adit terlihat sangat gugup dan tegang ketika berbicara dengan
lawan bicaranya itu. Ketika Adit kembali, Nana bertanya
‘Siapa Dit?’
‘Nada masuk rumah sakit Na’ Jawab Adit
‘Terus? Apa hubungannya sama lo? Udah putus kan?’
Tanya Nana bingung
‘Belum Na’ Jawab Adit enteng
‘Kok gitu? Kenapa?’ Tanya Nana dengan nada yang
sedikit tinggi
‘Karna gue sayang kalian berdua, gue butuh lo yang
selalu ada di samping gue Na’ Jawab Adit jelas
Setelah Adit menceritakan kondisi Nada, Nana
mengerti bahwa Nada lebih membutuhkan seorang Adit. Nana memutuskan untuk
mengakhiri hubungannya dengan Adit. Nana menyesal, karena ia telah menerima
cinta Adit. Mengapa tidak sejak awal ia tolak semua ini. Setelah Nana merasa
nyaman dengan sosok Adit sebagai kekasih, kini Nana harus melupakan perasaannya
pada Adit dan kembali menganggap Adit sebagai sahabatnya. Memang hal yang sulit
bagi Nana. Namun rasa bersalahnya pada Nada mengalahkan semuanya. Nana merasa
berdosa karena telah menjadi parasit dalam hubungan mereka. Mungkin ini adalah
dosa terindah yang pernah Nana perbuat selama hidupnya. Nana mengalah demi
kebaikan Nada. Nana sadar, keputusan dia untuk menerima cinta Adit adalah
sebuah kesalahan. Menerima cinta seseorang yang sudah memiliki kekasih. Sebuah
kesalahan yang tidak akan pernah lagi terulang dalam kehidupan Nana. Cukup
dengan Adit dan Nada Nana merasakan semuanya.
***
1 komentar:
Ini cerpen jadi hotline di blog ini? Karena judulnya kali ya wkwkwk. Btw, nama aku ih meuni cholifiyah :(
Posting Komentar